Page 38 - BAB 05
P. 38
1945 diamandemen, banyak produk peraturan perundang-undangan
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi, seperti banyaknya UU yang bertentangan dengan UUD 1945,
tetapi tidak ada lembaga pengujian yang dapat dioperasionalkan.
Sekarang dapat kita lihat kemajuan yang terjadi dengan hadirnya
Mahkamah Konstitusi (MK) yang berperan dalam pengujian UU, sebagai
implementasi checks and balances yang bagus bagi sistem
ketatanegaraan. Sekarang legislatif tidak bisa lagi membuat UU dengan
sembarangan atau melalui transaksi politik tertentu, sebab produk
legislasi sekarang sudah dapat diawasi dan diimbangi oleh lembaga
yudisial, yaitu Mahkamah Konstitusi (Moh. Mahfud MD, 2010).
Dengan amandemen UUD 1945, lembaga MPR mengalami
transformasi kedudukan dari lembaga tertinggi negara menjadi
lembaga tinggi negara. Kekuasaan MPR pun menjadi berkurang. MPR
tidak lagi berwenang untuk memilih pasangan Presiden dan Wakil
Presiden, tetapi rakyatlah yang sekarang berdaulat untuk memilih
pasangan Presiden dan Wakil Presiden. Dengan kata lain, kedaulatan
tertinggi berada di tangan rakyat. Yang sebelum diamandemen
kekuasaan tertinggi berada di tangan MPR. Pembagian kekuasaan juga
diatur dengan jelas antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Kekuasaan
eksekutif didelegasikan kepada presiden, kekuasaan legislatif
didelegasikan kepada Presiden, DPR, dan DPD, dan kekeuasaan
yudikatif didelegasikan kepada Mahkamah Agung. Sedangkan fungsi
pengawasan atau kekuasaan inspektif, didelegasikan kepada Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) dan DPR. Setelah diamandemen, tidak ada
kekuasaan konsultatif, yang sebelum
diamandemen didelegasikan kepada Dewan Pertimbangan Agung.
NEGARA & KONSTITUSI 120