Page 200 - Legenda dari Papua Barat Daya
P. 200
Dengan hati teriris, Malaso memeluk
Mama Mubalin dan putranya. Kemudian, ia
melangkah mendekati tubuh Mubalin yang
masih tergeletak di tepi pantai.
”Maafkan saya, Kaka. Saya tidak
mampu menghidupkanmu kembali. Lebih
baik saya pergi, karena mereka tidak
menginginkan saya tinggal di kampung ini.”
Malaso memeluk tubuh Mubalin yang telah
terbujur kaku.
Tiba-tiba hujan turun dengan lebat,
pertanda pintu langit telah terbuka. Istana
Langit seolah mengetahui putri yang hilang
akan kembali. Sebelum pergi, Malaso melihat
Mama Mubalin dan putranya untuk terakhir
kali.
192 193