Page 40 - Modul Belajar Berbasis Digital
P. 40
Majalah Ayah.com
Bunyi nyaring dibedakan dari bunyi
tak nyaring berdasarkan kenyaringan
bunyi pada waktu terdengar oleh telinga.
Pembedaan bunyi berdasarkan derajat
kenyaringan itu merupakan tinjauan
fonetik auditoris. Menurut Alfin dan
Rosyidi (2019:30), “derajat kenyaringan
itu sendiri ditentukan oleh luas
sempitnya atau besar kecilnya ruang resonansi pada waktu bunyi itu diucapkan”.
Maka semakin sempit ruang resonansinya, akan membuat tingkat kenyaringan
menjadi semakin rendah. Hal itu juga dikemukakan oleh Marsono, (2008:20)
bahwa dijelaskan bunyi vokal tinggi seperti bunyi [i] dan [u] derajad
kenyaringannya rendah apabila ruangan resonansi untuk bunyi-bunyi vokal
tersebut sempit. Contohnya bunyi [i] pada kata ‘ilusi’ dan ‘seni’ serta bunyi [u]
pada kata ‘umpan’ dan ‘upah’. Akan tetapi jika semakin kebawah seperti pada
bunyi [a], maka ruang resonansi akan lebih melebar, sehingga tingkat
kenyaringannya menjadi semakin tinggi. Contohnya bunyi [a] pada suatu kata
yang terdapat pada contoh kutipan berita “ia berjanji buku ini akan digunakan
sebagai panduan untuk menangani Covid-19 di Indonesia” (liputan6.com, 2020).
Maka dapat disimpulkan contoh kutipan berita tersebut memiliki bunyi nyaring
pada fon [a], pada kata [akan].
Bunyi Nyaring Bunyi Tidak Nyaring
Bunyi Vokal Bunyi Konsonan Bunyi Vokal Bunyi Konsonan
[a] [r] [i] dan [u] [p], [c], dan [t]
Contoh bunyi nyaring juga dapat ditemukan pada bunyi-bunyi konsonan.
Menurut Setyaningsih dan Rahardi (2014:65), dari berbagai bunyi konsonan yang
32 FONOLOGI ( KLASIFIKASI BUNYI BAHASA INDONESIA)