Page 37 - Modul Belajar Berbasis Digital
P. 37
Bunyi rangkap dan bunyi tunggal dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya
bunyi ganda yang dihasilkan dalam sebuah tuturan atau ujaran.
1. Bunyi Rangkap
Suatu bunyi bahasa dapat dibedakan menjadi dua yaitu bunyi rangkap dan
bunyi tunggal. Bunyi rangkap merupakan bunyi ganda yang terdapat dalam satu
suku kata (Setyaningsih dan Rahardi, 2014:63-64). Oleh sebab itu dapat dikatakan
bahwa bunyi rangkap memiliki gabungan bunyi yang menempati satu kata. Hal
itu juga dipertegas oleh Alfin dan Rosyidi (2019:30) bunyi rangkap adalah dua
bunyi atau lebih yang bergabung dalam satu suku kata.
Di dalam bunyi rangkap terdapat bunyi diftong dan bunyi kluster. Misalnya
bunyi diftong [oi], [au], dan [ai]. Pada penggalan puisi Syahful Pahmi yang
berjudul “semilir angin sepoi itu”. “Bahwa angin sepoi itu adalah pesanmu yang
kau tau bahwa musuh sudah dibantai.”. Dari penggalan puisi tersebut ditemukan
bunyi diftong [oi], [au], dan [ai] pada kata ‘sepoi’, ‘kau’, dan ‘dibantai’.
Sebaliknya contoh bunyi kluster seperti [pr], [kr], dan [kl].
Misalnya terdapat contoh kalimat seperti “tolong praktekan kembali olahan
tkp dari kronologis kejadian pembunuhan itu, sehingga klimaks olah tkp dapat
ditemukan bukti kejadian”. Contoh kalimat di atas terdapat kata ‘kronologis’,
‘praktikan’, dan klimaks, yang tentunya ketiga kata tersebut memiliki bunyi
kluster seperti [pr], [kr], dan [kl]. Dari kedua contoh bunyi diftong dan kluster,
dapat disimpulkan bahwa keduanya merupakan bagian bunyi rangkap yang dapat
ditemukan pada suatu tataran kata.
Bunyi Rangkap
Bunyi Diftong Bunyi Kluster
[oi], [au], dan [ai] [pr], [kr], dan [kl]
2. Bunyi Tunggal
Menurut Alfin dan Rosyidi (2019:30), Bunyi tunggal adalah sebuah bunyi
yang berdiri sendiri dalam satu suku kata. Semua bunyi vokal dan konsonan
adalah bunyi tunggal. Bunyi tunggal vokal disebut juga monoftong. Misalnya
29 FONOLOGI ( KLASIFIKASI BUNYI BAHASA INDONESIA)