Page 153 - DUMMY BUKU KPU
P. 153
menyakinkan masyarakat. Bahkan sebelum masa kampanye, paslon
sudah bergerak mencari simpati dan dukungan dengan beragam cara
seperti rajin blusukan sampai ke RW/ RT, menghadiri pertemuan-
pertemuan warga, mengelar acara yang mengundang banyak orang.
Tak lupa juga menyajikan baliho,spanduk, rontek di sepanjang jalan juga
memanfaatkan media sosial untuk mencitrakan diri yang ujung-ujungnya
untuk mendulang perolehan suara.
Perolehan suara partai politik pada pemilihan umum dipengaruhi oleh
perilaku pemilih. Hal ini juga berlaku untuk pemilihan kepala daerah
yang calonnya berasal dari partai politik. Ketika pemilih cenderung ke
parpol tertentu maka kecenderunganya akan mengunakan hak pilihnya
untuk memilih calon yang diusung parpolnya. Tetapi memang tidak
bisa dipungkiri tidak semua pemilih konsisten, ada yang pilihan dalam
pilkada berbeda dengan arahan parpol. Bahkan hal itu tidak saja
dilakukan pemilih, tetapi bisa terjadi di elit politik seperti pengurus
DPD Nasdem Sukoharjo mundur karena rekomendasi pengurus pusat
untuk mendukung paslon berbeda dengan DPD . Sehingga menjadi hal
17
yang biasa pula jika pada akhirnya pemilih terang-terangan memberikan
dukungan untuk calon yang tidak didukung parpol. Tergantung bagaimana
pemilih menilai dan mempertimbangkan calon. Paslon dituntut lebih
jeli memanfaatkan pemilih yang beragam.
Menurut penelitian Malik (2018), pemilih Indonesia terbagi menjadi tiga
jenis, yaitu pemilih emosional, pemilih rasional-emosional, dan pemilih
rasional. Pemilih emosional adalah pemilih yang memiliki hubungan
emosional sangat kuat dengan identitas yang membentuk dirinya dari
sejak lahir. Identitas itu bisa berbentuk dalam paham ideologis, agama,
dan budaya.
17.https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5154353/pengurus-
nasdem-sukoharjo-ramai-ramai-mundur-dpw-jateng-tak-masalah
Meneguhkan Kedaulatan Pemilih Pandemi Tak Halangi Partisipasi 153