Page 233 - PENARIKAN PRODUK RANITIDIN YANG TERKONTAMINASI N-NITROSODIMETHYLAMINE (NDMA)
P. 233
Judul : Dinas Kesehatan minta apotek tak jual obat mengandung
Ranitidin
Nama Media : antaranews.com
Tanggal : 13 Oktober 2019
Halaman/URL: https://sumsel.antaranews.com/berita/410974/dinas-kesehatan-
minta-apotek-tak-jual-obat-mengandung-ranitidin
Tipe Media : Online
Pekanbaru (ANTARA) - Dinas
Kesehatan Provinsi Riau meminta
pengelola apotek secara sukarela
berhenti menjual obat lambung yang
mengandung Ranitidin menyusul
keputusan Badan Pengawas Obat
dan Makanan menghentikan
sementara peredaran obat jenis
tersebut guna memeriksa cemaran
N-nitrosodimethylamine (NDMA) di
dalamnya.
"Imbauan ini menindaklanjuti instruksi Menteri Kesehatan. Kami meminta apotek
untuk menarik obatnya dan dikembalikan ke pihak penyuplai," kata Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Riau Mimi Yuliani Nazir di Pekanbaru, Minggu.
"Kami berharap pihak-pihak penyedia obat mematuhi apa yang telah dikeluarkan oleh
BPOM," ia menambahkan.
Mimi juga mengimbau warga tidak lagi mengonsumsi Ranitidin dan berhati-hati dalam
menggunakan obat pereda sakit lambung.
Ada 67 merek obat lambung dalam bentuk injeksi, tablet, dan sirup yang mengandung
Ranitidin yang beredar di Indonesia.
BPOM mengimbau warga yang sudah terbiasa mengonsumsi obat yang mengandung
Ranitidin berkonsultasi dengan dokter supaya diberi obat pengganti.
BPOM memutuskan menghentikan sementara peredaran obat yang mengandung
Ranitidin setelah mendapat pemberitahuan dari Badan Pangan dan Obat-obatan
Amerika Serikat dan Badan Obat Eropa mengenai keamanan obat-obatan yang
mengandung Ranitidin.
Siaran di laman resmi BPOM menyebutkan bahwa menurut studi global ambang batas
NDMA yang diperbolehkan adalah 96 nanogram per hari. Konsumsi NDMA melebihi
ambang batas tersebut dalam jangka lama bisa menimbulkan kanker.