Page 258 - PENARIKAN PRODUK RANITIDIN YANG TERKONTAMINASI N-NITROSODIMETHYLAMINE (NDMA)
P. 258
Judul : PPIAI: Ranitidin Obat Keras, Harusnya Hanya Ada di Apotek
Nama Media : republika.co.id
Tanggal : 14 Oktober 2019
Halaman/URL: https://nasional.republika.co.id/berita/pzc831463/ppiai-ranitidin-obat-
keras-harusnya-hanya-ada-di-apotek
Tipe Media : Online
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia (PP IAI) Nurul
Falah Eddy Pariang mengatakan,
produk farmasi mengandung
Ranitidin seharusnya hanya ada di
apotek karena tergolong obat keras.
"Obat dengan Ranitidin ini obat keras
seharusnya tidak ada di toko obat,
hanya di apotek," kata Nurul saat
dihubungi dari Jakarta, Ahad (13/10).
Dia mengatakan, apotek kini berangsur sudah menarik obat mengandung Ranitidin
yang biasa digunakan untuk mengobati sakit tukak lambung dan tukak usus.
Penarikan, kata dia, dilakukan sesuai surat edaran Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) yang menarik secara sementara produk mengandung Ranitidin.
Penarikan dilakukan untuk uji laboratorium secara mendalam menilik adanya temuan
cemaran N-Nitrosodimethylamine (NDMA) pada Ranitidin.
Nurul mengatakan, begitu BPOM mengeluarkan surat edaran soal penarikan obat
mengandung Ranitidin kemudian direspon pengelola apotek menghentikan peredaran
produk terkait. "Biasanya BPOM nulis ke industri, industri ke distribusinya, distribusi
ke pelayanan apotek di rumah sakit, puskesmas, klinik dengan layanan kefarmasian.
Kemudian bagi yang memiliki produk dengan Ranitidin dikembalikan," kata dia.
Bagi apotek, biasanya mendapatkan kompensasi dari produsen dengan kredit nota
yang diperhitungkan dengan produk lain. "Ini kan ada harganya. Itu mekanisme yang
biasa sudah paham," katanya.
Nurul mengatakan, obat dengan Ranitidin saat ini statusnya belum dilarang tetapi
ditarik secara sementara. "Kepada aparat ini adalah obat legal sampai BPOM
mengumumkan obat dengan Ranitidin dicabut izin edarnya karena masih dalam
penelitian selanjutnya," katanya.