Page 273 - PENARIKAN PRODUK RANITIDIN YANG TERKONTAMINASI N-NITROSODIMETHYLAMINE (NDMA)
P. 273
Judul : Diduga Tercemar NDMA, Dinkes Bondowoso Tarik Obat
Ranitidin
Nama Media : harianbhirawa.com
Tanggal : 15 Oktober 2019
Halaman/URL: http://harianbhirawa.com/diduga-tercemar-ndma-dinkes-bondowoso-
tarik-obat-ranitidin/
Tipe Media : Online
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes)
Kabupaten Bondowoso, Muhammad
Imron mengatakan, bahwa pihaknya
melakukan penarikan kembali
terhadap obat asam lambung,
Ranitidin. Karena diketahui ranitidin
tercemar N-Nitrosodimethylamine
(NDMA). Hal ini sejak ada informasi
dari BPOM.
Menurutnya, berdasarkan penelitian
Badan Pengawas Obat dan
Makanan Amerika Serikat (FDA),
ternyata ranitidin mengandung
bahan yang berpotensi terjadinya
kanker. “Padahal ranitidin sudah
dipakai lama. BPOM sendiri sudah
merekomendasikan dan membuat surat edaran, demi keamanan sebaiknya ditarik
dulu,” katanya saat di konfirmasi, Selasa (15/10).
Maka dari hal itu, Kadinkes Bondowoso menjelaskan, bahwa pihaknya melakukan
langkah langkah penarikan yang dilakukan secara berjenjang produk ranitidin yang
ada di Puskesmas serta ke fakses lainya. “Tentunya secara bertahap mulai menarik
kembali obat asam lambung, Ranitidin. Di Puskesmas dulu kemudian nanti ke Faskes
yang lain, termasuk di apotek. Agar tidak diedarkan, agar tidak dijual. Maka kita
lakukan pengamanan dulu. Sudah banyak yang disebar, dalam bentuk tablet, suntikan
dan macam-macam,” jelasnya.
Dijelaskannya juga, bahwa NDMA adalah turunan zat nitrosamin yang dapat terbentuk
secara alami. Angka batas cemaran yang diperbolehkan yaitu 96 nanogram (ng)/hari.
“NDMA bersifat karsinogenik atau zat pemicu kanker, jika dikonsumsi melebihi
ambang batas dalam jangka waktu yang lama,” terangnya.
Jika masyarakat sudah terlanjur menggunakan, lanjut Imron, tidak masalah asal ada
pantauan dosis dari dokter. “Kalau ada yang menggunakan, dikonsultasikan dengan
dokter yang merawat,” pungkasnya.
Ranitidin tersedia dalam bentuk sediaan tablet, sirup, dan injeksi. BPOM sudah
memberikan persetujuan terhadap Ranitidin sejak tahun 1989 melalui kajian evaluasi
keamanan, khasiat, dan mutu.