Page 27 - Peresmian IF Semarang
P. 27

Judul                 : Obat Corona dan HIV/AIDS Diproduksi di Semarang

               Nama Media            : Jatengtoday.com

               Tanggal               : 27 Februari 2020

               Halaman/URL           : https://jatengtoday.com/obat-corona-dan-hiv-aids-diproduksi-di-
                                     semarang-39061

               Tipe Media             : Online

                                                                  SEMARANG  (jatengtoday.com)  –

                                                                  Sebuah      perusahaan      obat,    PT
                                                                  Sampharindo  Retroviral  Indonesia

                                                                  yang  terletak  di  Jalan  Tambakaji

                                                                  Raya  Nomor  8  Semarang  resmi
                                                                  memproduksi              obat HIV/AIDS

                                                                  pertama di Indonesia.

               Pabrik tersebut telah mendaftarkan sebanyak lima jenis obat dengan total investasi

               kurang lebih Rp 90 miliar, di antaranya dari investor asal India. Namun dari lima jenis
               obat  tersebut,  baru  dua  jenis  yang  telah  mendapatkan  izin  edar.  Keduanya

               adalah Telado dan Telavir. Tidak hanya untuk HIV/AIDS, nantinya di antara jenis obat
               tersebut bisa digunakan untuk obat virus corona yang belakangan ini mengguncang

               dunia.

               “Kami mengajukan lima jenis obat. Saat ini baru dua jenis yang telah diberikan izin
               edar,”  kata  Direktur  Utama  PT  Shampharindo  Perdana,  M  Syamsul  Arifin,  usai

               peresmian operasional pabrik, Kamis (27/2/2020).

               Syamsul menjelaskan, jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia saat ini kurang lebih
               600 ribu. “Dari jumlah itu, yang diobati jumlahnya hanya 17 persen. Sangat kecil sekali.

               Masalahnya  di  antaranya  karena  harganya  mahal,  produknya  belum  ada  dan
               seterusnya. Dengan adanya pabrik ini, harapannya ketersediaan cukup, harganya bisa

               ditekan, sehingga orang yang terapi meningkat,” terangnya.
               Dia  menyebut,  WHO  mencatat  bahwa  penderita  HIV/AIDS  90  persen  terdeteksi.

               Sehingga  90  persen  tersebut  harus  diobati  secara  rutin  hingga  viral  load  tersebut

               hilang. “Dengan diobati penderita tersebut, dia tidak menularkan ke orang lain. Karena
               yang  kami  produksi  ini  standar  WHO  yang  baru,  bisa  menghilangkan  viral  load.

               Termasuk ibu hamil yang terkena HIV/AIDS bisa minum agar tidak menularkan ke
               anaknya,” bebernya.
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32