Page 192 - Badan POM Kawal Keamanan, khasiat dan mutu vaksin sinovac
P. 192

evaluasi yang mengacu pada standar pedoman evaluasi nasional dan internasional.
               Komite  Nasional  Penilai  Obat,  tenaga  ahli,  Ikatan  Dokter  Indonesia  (IDI),  dan
               Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) juga diajak berembuk.

               Mengingat  kebutuhan  vaksin  yang  mendesak,  BPOM  memberikan  fleksibilitas
               terkait  dengan  penerbitan izin  edar vaksin  Covid-19.  Caranya,  izin  dikeluarkan
               dalam bentuk perizinan penggunaan vaksin dengan kondisi darurat atau emergency
               use  authorization  (EUA).  Syarat  pemberian  EUA  adalah  vaksin  harus  sudah
               memiliki data uji klinis fase I dan II secara lengkap. Selain itu, data analisis interim
               uji  klinis  fase  III  untuk  menunjukkan  khasiat  dan  keamanan.  Prosedur  EUA  itu
               mengacu  pada  pedoman  persetujuan  emergency  dari  Badan  Kesehatan  Dunia
               (WHO) dan organisasi internasional lainnya.

               Pada kesempatan yang sama, Dirut Bio Farma Honesti Basyir menyatakan, nanti
               ada vaksin Covid-19 gratis yang diberikan untuk beberapa kriteria. Perihal distribusi
               dan  siapa  yang  menjadi  penerima  masih  simpang  siur.  Menurut  dia,  hal  itu
               menyulitkan  pihaknya  dalam  pendistribusian  vaksin.  ’’Kita  mengalami  kendala
               karena data itu ada di BPJS Kesehatan, Kemenkes, ada juga di kementerian lain,’’
               ucapnya. Menurut dia, perlu ada integrasi data untuk memetakan peta kesehatan di
               Indonesia. ’’Data ini harus dimiliki pemerintah, bukan industri,’’ ungkapnya.

               Sementara itu, Ketua Komite Nasional Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (KIPI) Prof
               Hindra Irawan mengakui bahwa urusan imunisasi memang kerap dibarengi suara-
               suara sumbang. Tidak terkecuali untuk urusan vaksinasi Covid-19. Menurut dia, ada
               banyak mitos soal vaksinasi yang berkembang di masyarakat. Misalnya, anak yang
               divaksin ternyata tetap saja sakit. ”Vaksin memang tidak memberikan perlindungan
               100  persen,  tapi  setidaknya  lebih  dari  90  persen,”  jelasnya  dalam  diskusi  FMB  9
               secara daring kemarin.

               Lalu, mengenai kandungan berbahaya dalam vaksin, pria yang akrab disapa Hinky
               itu  menjelaskan,  vaksin  telah  melalui  tahap  uji  keamanan  secara  berlapis.  Mulai
               preklinis hingga setelah distribusi ke masyarakat. Bila memang ada zat berbahaya
               dalam vaksin Covid-19, akan terdeteksi saat uji preklinis. Karena itu, Hinky meminta
               masyarakat tidak perlu khawatir.

               Ada pula mitos lain yang menyebutkan bahwa vaksin bisa mengakibatkan autisme,
               mengandung sel janin aborsi, atau penyakit yang sudah ada vaksinnya tidak perlu
               divaksin lagi. Hinky menegaskan bahwa seluruhnya hoaks.

               Dia  menambahkan,  meski  vaksin  tidak  berbahaya,  bukan  berarti  tidak  ada
               kemungkinan  dampak  ikutan.  Kemungkinan  itu  ada  karena  vaksin  merupakan
               produk  biologi.  ”Tidak  mungkin  100  persen  aman.  Pembengkakan  dan  merah-
               merah itu reaksi. Wajar,” jelasnya. Karena itulah, ada yang disebut KIPI.

               Meski  begitu,  dia  tetap  mengimbau  masyarakat  yang  mengalami  KIPI  melapor
               kepada  Komnas  KIPI.  Formulirnya  dapat  diunduh  di  laman  resmi  Komnas  KIPI
               untuk kemudian dikirim melalui e-mail. Laporan tersebut selanjutnya dikaji anggota
               KIPI  yang  merupakan  orang-orang  berkompeten  di  bidangnya.  Mulai  ilmu  vaksin,
               spesialis anak, kebidanan, statistika, epidemiologi, spesialis paru, imunologi, hingga
               forensik.
   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197