Page 33 - Penandatanganan
Kesepakatan Bersama antara
Badan POM dan Mafindo
P. 33
Judul : Guru Besar Komunikasi Unpad: Hoaks Tersebar karena Rendahnya
Literasi
Nama Media : akurat.co
Tanggal : 24 Oktober 2019
Halaman/URL: https://akurat.co/iptek/id-826157-read-guru-besar-komunikasi-unpad-
hoaks-tersebar-karena-rendahnya-literasi
Tipe Media : Media Online
Penandatanganan nota
kesepemahaman antara Badan
Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) dengan Masyarakat Anti
Fitnah Indonesia (Mafindo)
berlangsung di Jakarta, belum lam
ini. Tujuan kerjasama ini untuk
meminimalisir bahaya berita palsu
(Hoaks) yang beredar di media sosial
terutama yang berkaitan dengan
kesehatan.
Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Deddy Mulyana
mengatakan bahwa langkah BPOM tersebut merupakan awal yang baik dalam
mengedukasi masyarakat untuk memiliki daya kritis terhadap berita apapun.
Efektifitasnya cukup luas dan tersebar ke Indonesia. Meski demikian, dibutuhkan
reformasi pendidikan agar masyarakat memiliki kesadaran baru dalam menyaring
berita.
"Menyebarkan atau mempercayai Hoaks itu adalah karakter. Untuk merubahnya
harus dimulai dari pendidikan dalam keluarga. Kata kuncinya adalah Literasi. Dalam
sebuah penelitian, orang Indonesia hanya membaca 27 halaman per tahun dengan
ranking minat baca masyarakat kita menempati urutan ke 60 di dunia," jelasnya.
Deddy menambahkan, karakter masyarakat yang suka menyebar Hoaks bisa dilihat
dari sudut pandang komunikasi budaya. Menurutnya, masyarakat Indonesia senang
bercerita dan bersifat kolektivisme atau cenderung hidup berkelompok daripada
individu.
“Media sosial adalah perpanjangan tangan panca indera manusia Indonesia yang
memang suka bercerita. Namun kebiasaan ini diperparah dengan rendahnya Literasi.
Kita lebih suka menonton televisi atau mendengar radio, padahal dua media ini
membuat orang menjadi pasif. Beda dengan membaca yang harus dicerna sehingga
membuat orang menjadi kritis,” tutur penulis buku Pengantar Komunikasi Lintas
Budaya: Menerobos Era Digital dengan Sukses ini.
Deddy menyarankan, ke depannya edukasi tidak bersifat ad hoc namun lebih kepada
membangun kesadaran baru yang bersifat jangka panjang. Dimulai dari keluarga,
karena percaya berita palsu berkaitan dengan mentalitas manusia. Belajar dari