Page 37 - Penandatanganan
Kesepakatan Bersama antara
Badan POM dan Mafindo
P. 37
Judul : Guru Besar Komunikasi Unpad Sebut Hoaks Tersebar karena
Rendahnya Literasi
Nama Media : indopos.co.id
Tanggal : 24 Oktober 2019
Halaman/URL: https://indopos.co.id/read/2019/10/24/202758/guru-besar-
komunikasi-unpad-sebut-hoaks-tersebar-karena-rendahnya-literasi/
Tipe Media : Media Online
Penandatanganan nota
kesepemahaman antara Badan
Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) dengan Masyarakat Anti
Fitnah Indonesia (Mafindo)
berlangsung di Jakarta,
(22/10/2019). Tujuan kerja sama ini
adalah untuk meminimalisasi bahaya
berita palsu (hoaks) yang beredar di
media sosial terutama yang
berkaitan dengan kesehatan.
Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Deddy Mulyana
mengatakan bahwa langkah BPOM tersebut merupakan awal yang baik dalam
mengedukasi masyarakat untuk memiliki daya kritis terhadap berita apapun.
Efektifitasnya cukup luas dan tersebar ke Indonesia. Meski demikian, dibutuhkan
reformasi pendidikan agar masyarakat memiliki kesadaran baru dalam menyaring
berita.
”Menyebarkan atau mempercayai hoaks itu adalah karakter. Untuk merubahnya,harus
dimulai dari pendidikan dalam keluarga. Kata kuncinya adalah literasi. Dalam sebuah
penelitian, orang Indonesia hanya membaca 27 halaman per tahun dengan ranking
minat baca masyarakat kita menempati urutan ke 60 di dunia,” ujar Deddy.
Menurutunya, karakter masyarakat yang suka menyebar hoaks bisa dilihat dari sudut
pandang komunikasi budaya. Menurutnya, masyarakat Indonesia senang bercerita
dan bersifat kolektivisme atau cenderung hidup berkelompok daripada individu.
”Media sosial adalah perpanjangan tangan panca indera manusia Indonesia yang
memang suka bercerita. Namun kebiasaan ini diperparah dengan rendahnya literasi.
Kita lebih suka menonton televisi atau mendengar radio, padahal dua media ini
membuat orang menjadi pasif. Beda dengan membaca yang harus dicerna sehingga
membuat orang menjadi kritis,” tutur penulis buku Pengantar Komunikasi Lintas
Budaya : Menerobos Era Digital dengan Sukses itu.
Deddy menyarankan ke depannya edukasi tidak bersifat ad hoc namun lebih kepada
membangun kesadaran baru yang bersifat jangka panjang. ”Dimulai dari keluarga,
karena percaya berita palsu berkaitan dengan mentalitas manusia. Belajar dari
Jepang, perilaku mereka sehari-hari merupakan hasil dari pendidikan karakter dalam
keluarga. Ini yang harus kita contoh,” ungkapnya.