Page 95 - Karya dan Kinerja Melewati Multi Krisis: Pandemi COVID-19
P. 95
Hoaks seputar informasi vaksin dan BPOM RI, selama pan-
demi COVID-19, terhitung sangat banyak. Diketahui bahwa per
15 Agustus 2022, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah
mencatat adanya 6.322 unggahan kabar bohong dan misinformasi
seputar COVID-19, dengan perincian 5.551 unggahan melalui
platform Facebook, 608 unggahan melalui Twitter, 56 unggahan
melalui Tiktok, 55 unggahan melalui Youtube, dan 52 unggahan
melalui Instagram.
Angka tersebut meningkat jauh dibanding pada 13 April 2021,
kala itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika melaporkan
sebanyak 1.133 sebaran hoaks yang menyangkut soal vaksin
COVID-19 yang ditemukan di berbagai platform media sosial.
Menghadapi informasi hoaks tersebut, Kementerian Komunikasi
dan Informatika telah melakukan take down.
Salah satu bentuk dari kabar bohong tersebut ialah penolakan
vaksinasi. Sejumlah orang termakan berita bohong yang isinya vak-
sin COVID-19 menyebabkan penerimanya wafat dalam tiga tahun
sejak vaksin diberikan. Sebagian orang yang mempercayai informa-
si itu dan tidak mau divaksin kini telah berpulang, sehingga anggota
keluarga yang ditinggalkan tersadar bahwa hoaks telah merenggut
orang-orang tercinta. Selain itu, berita soal protes anti vaksin di Pran-
cis mempengaruhi pandangan sebagian masyarakat di Indonesia.
Lantaran vaksin itu dianggap berbahaya, mereka menolak divaksin.
Lalu soal isu minum air garam yang bisa mencegah COVID-19
padahal belum ada bukti ilmiah yang mendukung hal tersebut,
soal virus penyebab COVID-19 yang menyebar lewat airborne atau
udara, dan sebagainya.
Yang tak kalah seru, adanya hoaks seputar Presiden Joko Wi-
dodo melakukan vaksinasi pada 13 Januari 2021. Di dunia maya ter-
sebar kabar bahwa BPOM RI ditekan dalam memberikan lampu hi-
jau vaksinasi padahal uji klinik belum selesai. Menanggapi hoaks ini,
BPOM RI menegaskan bahwa vaksinasi itu tidak bermasalah. Dalam
hal ini, BPOM RI tidak ditekan dalam memberikan lampu hijau vak-
si nasi padahal uji klinik belum selesai. Semua proses evaluasi tetap
dijalankan dengan tetap memenuhi kaidah ilmiah. Namun demikian,
BPOM RI dapat menerbitkan EUA pada kondisi darurat, dengan te-
tap memenuhi aspek khasiat, keamanan dan mutu produk yang da-
pat dipertanggungjawabkan.
51