Page 22 - E-Modul FIX_Float
P. 22

pada  berbagai  wilayah  dengan  intensitas,  frekuensi,  dan  luasan  yang  berbeda.  Perhatian

               masyarakat dunia terfokus ketika dunia dilanda bencana El Nino (ENSO) 1997/1998 yang
               menghanguskan  lahan  hutan  seluas  25  juta  hektar  di  seluruh  dunia.  Kebakaran  hutan  dan

               lahan yang terjadi pada tahun 2015 di beberapa Provinsi, seperti Riau, Jambi, dan Sumatera
               Selatan,  menyebabkan  bencana terburuk  dalam  18  tahun,  yang  menyebabkan  polusi  udara

               parah di beberapa negara Asia Tenggara. Tahun 2019 kebakaran hutan dan lahan gambut di

               Provinsi  Riau  mencapai  90  ribu  hektare  lahan,  dan  Kabupaten  Siak  merupakan salah  satu
               daerah  yang  mempunyai  titik  panas  terbanyak  di  Riau,  yakni  mencapai  1.243  titik  panas

               dengan luas lahan terbakar mencapai 3626,45 hektare lahan.
                       Terkait  hal  ini,  Provinsi  Riau  menjadi  salah  satu  daerah  yang  perlu  mendapat

               perhatian  khusus  karena  memiliki  luas  lahan  gambut  3,867,413  ha  atau  43,61%  dari  total

               luas.  Menurut  data  yang  terdapat  pada  tabel  kebakaran  hutan  dan  lahan  dapat  terjadi
               berdasarkan  2  faktor  utama  yaitu  faktor  alami  dan  faktor  yang  dilakukan  manusia,  faktor

               alami dapat berupa kemarau panjang sehingga tanaman menjadi kering dan kegiatan manusia
               berupa pembakaran liar untuk memperluas lahan. Hal ini menimbulkan konsekuensi terhadap

               terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang ditimbulkan dari usaha perluasan lahan kelapa
               sawit  tersebut.  Kondisi  ini  kemudian  menyebabkan  timbulnya  bencana  kebakaran  hutan

               terutama di Provinsi Riau.

                       Terjadinya kebakaran hutan dan lahan dipicu oleh berbagai faktor, baik faktor alam
               maupun faktor manusia. Faktor alami yang sering memicu kebakaran hutan dan lahan adalah

               kondisi iklim yang ekstrem, seperti musim kemarau yang berkepanjangan karena fenomena
               El  Nino.  Kebakaran  hutan  dan lahan  di Indonesia  diduga  lebih  disebabkan  oleh pengaruh

               aktivitas manusia daripada faktor alam. Kebiasaan Masyarakat dalam pengolahan pertanian
               dengan  membakar  dengan  alasan  karena  lebih  mudah,  murah,  dan  sisa  pembakaran  bisa

               dijadikan  pupuk.  Konversi  Pengembangan  lahan  perkebunan  sawit  menjadi  penyebab

               dominan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Riau selama ini.
                       Masyarakat  melakukan  pembakaran  di  tanah  kosong  guna  untuk  membuka  lahan

               setelah  lahan  di  bakar  kemudian  akan  di  tanam  sawit.  Faktor  pendorong  Masyarakat

               Melakukan Kegiatan Land Clearing dengan Cara Membakar Faktor waktu, biaya dan proses
               pembukaan lahan, serta lahan merupakan komoditas digolongkan menjadi faktor ekonomi.

               Waktu  dan  proses  menjadi  faktor  penting  bagi  masyarakat,  bagi  masyarakat  teknik
               pembukaan lahan yang memiliki waktu dan proses pembukaan lahan paling cepat merupakan

               teknik pembukaan lahan yang dipilih dan dilakukan oleh masyarakat. Ekosistem gambut yang
               ada di Riau menjadi potensi utama kebakaran menjadi semakin parah. Lahan gambut diubah
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27