Page 527 - MZ004 Sejarah Dunia Yang Disembunyikan
P. 527
JONATHAN BLACK
Ketika raja lamban dalam menyepakati reformasi lebih lanjut,
Desmoulins menyerukan sebuah pemberontakan bersenjata. Ke-
mudian, pada Juni 1789, Louis XVI mencoba membubarkan
Majelis dan memanggil pasukannya ke Versailles. Desersi massal pun
terjadilah. Pada 14 Juli massa yang marah menyerbu Bastille. Louis
XVI menghadapi guillotine pada Januari 1793. Ketika berusaha
berbicara kepada orang banyak, ia langsung disela oleh gemuruh
suara genderang. Ia terdengar berkata, “Rakyat Prancis, aku tidak
bersalah, aku memaafkan mereka yang bertanggung jawab atas ke-
matianku. Aku berdoa kepada Tuhan agar darah yang tumpah di
sini tidak akan pernah menimpa Prancis atau kalian, rakyatku yang
malang ....” Bahwa hal ini harus terjadi di jantung bangsa yang paling
beradab di bumi, membuka pintu bagi hal yang tak terpikirkan.
Konon dalam keributan yang terjadi setelahnya, seorang pria
melompat ke atas perancah dan berteriak, “Jacques de Moloy,
dendammu terbalaskan!” Bila ini benar, sentimennya sangat kontras
dengan rahmat dan kemurahan hati sang raja.
Dalam anarki yang terjadi setelahnya, Prancis terancam dari
dalam dan dari luar. Para pemimpin loji-loji Freemasonik mengambil
alih. Tak lama kemudian banyak anggota mereka dituduh sebagai
pengkhianat Revolusi—dan dimulailah masa Teror.
Ada perkiraan yang berbeda perihal jumlah yang dieksekusi.
Kekuatan pendorongnya adalah pria paling berprinsip, pengacara
yang keras dan tidak dapat disuap, Maximilian Robespierre. Sebagai
kepala Komisi Keamanan Publik dan orang yang bertanggung jawab
atas departemen kepolisian, ia mengirim ratusan orang ke guillotine
tiap hari, total hingga sekitar 2.750 eksekusi. Dari jumlah tersebut
hanya 650 orang merupakan kalangan bangsawan, sisanya para
pekerja biasa. Robespierre bahkan mengeksekusi Danton. Saturnus
sedang melahap anak-anaknya sendiri.
Bagaimana hal ini bisa terjadi? Bagaimana mungkin pria paling
tercerahkan dan masuk akal membenarkan pertumpahan darah
ini? Dalam ilsafat idealistis, tujuan tidak pernah menghalalkan
cara karena seperti yang sudah kita lihat, motif memengaruhi
hasil, betapa pun tersembunyinya motif itu kemungkinannya.
Robespierre menumpahkan darah sebagai sebuah tugas yang suram,
516
pustaka-indo.blogspot.com