Page 191 - Hadits-Jibril-Penjelasan-Hadits-Jibril-Memahami-Pondasi-Iman-Yang-Enam-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 191

174 | H a d i t s   J i b r i l

                                                      ِ
                                                               ِ
                                        ٙ ) ْ  ْ:نورفاكلا(ِْ نيدْ ِ ميوْمُ كنيدْمُ كَ ل
                                                        َ َ ْ ُ ْ
            Makna  zhahir  ayat  ini  “Bagi  kalian  agama  kalian  dan  bagiku
            agamaku”,  (QS.  Al-Kafirun:  6).  Maksud  ayat  ini  sama  sekali
            bukan  untuk  pembenaran  atau  pengakuan  terhadap
            keabsahan  agama  lain.  Tapi  untuk  menegaskan  bahwa  Islam
            bertentangan  dengan  syirik  dan  tidak  mungkin  dapat
            digabungkan atau dicampuradukan antara keduanya. Artinya,
            semua  agama  selain  Islam  adalah  agama  batil  yang  harus
            ditinggalkan.


                    Kemudian firman Allah:

                                  ٍ ِ ٍ
                                                              ِ
                                                                   ِ
                                             ِ
                       ) ْ  ٕٗ ْ:أبس( ْ ْ يبمْل َ لاضْفْوَأْىدى ْىَ لعَ لْمكاَّيإْوَأْاَّنإو َ
                                                           ُ
                                         َ
                                                   ًُ
                                                                ْ
                                    ُ
                                                        َ ْ
                                              ْ
            Makna  zhahir  ayat  ini  “…dan  sesungguhnya  kami  atau kalian –
            wahai  orang-orang  musyrik-  pasti  berada  dalam  kebenaran  atau
            dalam  kesesatan  yang  nyata”,  (QS.  Saba‟:  24).  Ayat  ini  bukan
            dalam  pengertian  untuk  meragukan  apakah  Islam  sebagai
            agama  yang  benar  atau  tidak,  tapi  untuk  menyampaikan
            terhadap orang-orang musyrik bahwa antara kita dan mereka
            pasti  salah  satunya  ada  yang  benar  dan  satu  lainnya  pasti
            sesat.  Dan  tentu  hanya  orang-orang  yang  menyembah  Allah
            saja  yang  berada  dalam  kebenaran,  sementara  orang-orang
            musyrik  yang  menyekutukan  Allah  berada  dalam  kesesatan.
            Bahkan  menurut  Abu  „Ubaidah  kata  “aw” (وأ) dalam ayat di
            atas  dalam  pengertian  “wa”  (و)  yang  berarti  “dan”.  Gaya
            bahasa semacam ini dalam ilmu bahasa Arab disebut dengan
            al-laff  wa  an-nasyr.  Dengan  demikian  yang  dimaksud  ayat
            tersebut  adalah  “kami  berada  dalam  kebenaran  dan kalian  -
            wahai  orang-orang  musyrik-  dalam  kesesatan  yang  nyata”.
   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196