Page 6 - Masa-il-Diniyyah-Buku-Keempat_Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 6

Nabi  shallallahu  'alayhi  wasallam,  sebagaimana  dikatakan
                  sahabat Ibn 'Umar dan sahabat Jundub:
                                                                       ِ
                                      ِ
                                                  ِ ِ
                                              َّ
                  َ لَو نايمٕا انمّ لعـت مّ لسو هَِ لع لله ا ٌلص للها ليسر عم ٌ ةرِ وازح ناِـتف ن َ نَو اَّ نك"
                                                                              ُ
                     َ َْ
                               َ
                                                                   ٌ ْ ْ
                                               َ
                           َْ َ َ َ َ ْ َ ُ
                  ْ َ
                                                      ُْ َ َ َ َ ََ
                                                                     َ ُ َ
                                                 ِِ
                                                                            ِ
                                                                 َّ
                  ظفالحا هححصو هجام نبا هاور( "انايمإ هب انددزاف ناءرقلا انملعـت َُّ ثُ ناءرقلا مّ لعـتـن
                                             ً َْ
                                                                   َ َ
                                                                              َ ََ
                                       ُ ََ
                                                   ََْْ َ َ ُ َْ َ
                                                           َْ
                                                                        َْ
                                                                           ِ ِ
                                                                         )ييْصيـبلا
                                                                         ّ ْ ُْ
                  Maknanya:  “Kami  –selagi  remaja  saat  mendekati  baligh-
                  bersama  Rasulullah  mempelajari  iman  (tauhid)  dan  belum
                  mepelajari  al-Qur’an.  Kemudian  kami  mempelajari  al-Qur’an
                  maka  bertambahlah  keimanan  kami".  (H.R.  Ibnu  Majah  dan
                  dishahihkan oleh al-Hafizh al-Bushiri).
                  Abu Hanifah menamakan ilmu ini dengan al-Fiqh al-Akbar. Ini
                  artinya  mempelajari  ilmu  ini  harus  lebih  didahulukan  dari
                  mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Setelah cukup mempelajari ilmu
                  ini baru disusul dengan ilmu-ilmu yang lain.


                  I.  Definisi Tauhid

                            Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan:
                                   ." لِطعتلاو هِبشتلا َفنب دِحيتلا اورسفف ةنسلا لهأ امأو "
                     "Sedangkan Ahlussunnah menafsirkan bahwa tauhid adalah
                     menafikan  tasybih  (keyakinan  yang  menyerupakan  Allah
                     dengan makhluk-Nya) dan ta'thil (keyakinan yang menafikan
                     adanya Allah atau salah satu sifat-Nya)".
                              Jadi  tauhid  dalam  penafsiran  Ahlussunnah  adalah
                      meyakini  bahwa  Allah  ada  dan  memiliki  sifat-sifat  yang



                                                 2
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11