Page 38 - MODUL B. INDO NA 2017
P. 38
Contoh: Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di
Bali) ditulis pada tahun 1962.
d. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.
Contoh: Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
e. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan.
Contoh: Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, (c)
modal.
11. Pemakaian Tanda Kurung Siku ([…])
a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda
itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di
dalam naskah asli.
Contoh:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Contoh:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 35-38] tidak
dibicarakan) perlu dibentangkan di sini).
12. Pemakaian Tanda petik (“…”)
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh: “Saya belum siap,” kata Wati, “tunggu sebentar!”
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan atau ban buku yang dipakai dalam
kalimat.
Contoh: Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Contoh: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
d. Tanda petik penutup mengakhiri tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
Contoh: Kata Markum, “Saya juga minta satu.”
32