Page 31 - BUKU AJAR BAHASA INDONESIA KELAS XII - FARRAH, RAHMAH, RYANA
P. 31

Contoh :
                               Sebagian  terbesar  pengantar  sumbangan  pria,  wanita,  tua,  dan   muda
                               menolak disuruh pulang. Mereka bermaksud mengantarkan sumbangan juga.
                               Maka jadilah dapur raksasa malam itu juga.

                               Nilai  sosial  ditampilkan  dari  tetangga  yang  secara  sukarela  saling  bahu
                               membahu untuk membantu dalam pelaksanaan pesta pernikahan.

                           5.  Nilai estetis
                               Nilai  yang  berkaitan  dengan  keindahan  dalam  struktur  pembangun  cerita,
                               fakta cerita, atau teknik penyajian cerita.
                               Contoh :
                               Di bawah bulan malam ini, tiada setitik pun awan di langit. Dan bulan yang
                               terbit  bersamaan  dengan  tenggelamnya  matari.  Dengan  cepat  ia  naik  dari
                               kaki  langit,  mengunjungi  segala  da  semua  yang  tersentuh  cahayanya.  Juga
                               hutan, juga laut, juga hewan dan manusia. Langit jernih, bersih, dan terang.

                               Kutipan  tersebut  menampilkan  nilai  estetis  dari  penyajian  ceritanya  yang
                               banyak menggunakan majas (gaya bahasa).

                           Memahami  Unsur-unsur  Kebahasaan  dari  Teks


                           Cerita Sejarah yang Dibaca

                               Dalam  sebuah  novel  sejarah,  terdapat  unsur-unsur  kebahasaan  yang  turut
                        melengkapi. Sebuah novel  menggunakan bahasa  yang digunakan pada karya sastra
                        umumnya,  yaitu  konotatif  dan  emotif.  Penulis  mampu  merekayasa  bahasa  dengan
                        menggunakan gaya bahasa, pencitraan, dan beragam pengucapan.

                               Beberapa  kaidah  kebahasaan  yang  digunakan  dalam  novel  sejarah  adalah
                        sebagai berikut.

                               Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau.
                               Contoh :
                               Para musafir yang sudah tak dapat menahan hati lagi telah bermusyawarah
                               dan membentuk utusan untuk menghadap Sultan.

                               Menggunakan banyak kata yang menyatakan urutan waktu. Ditandai dengan
                               penggunaan  konjungsi  kronologis  dan  temporal,  seperti  :  sejak  saat  itu,
                               setelah itu, mula-mula, kemudian, lalu.
                               Contoh :
                               Mula-mula pertikaian berkisar pada kelakuan Trenggono yang begitu sampai
                               hati  membunuh  abangnya  sendiri,  kemudian  diperkuat  oleh  sikapnya  yang
                               polos terhadap peristiwa Pakuan.

                               Menggunakan  kata  kerja  material  atau  kata  yang  menggambarkan  suatu
                               tindakan.
                               Contoh :
                               Pangeran  Seda  Lepen?  Orang  menunggu  dan  menunggu  dengan  perasaan
                               prihatin  terhadap  keselamatan  wanita  tua  itu.  Sultan  Trenggono  tak
                               mengambil sesuatu tindakan pada ibunya. Ia makin keranjingan membangun
                               pasukan daratnya. Hampir setiap hari orang dapat melihat ia berada di tengah-
                               tengah  pasukan  kuda  kebanggaannya,  baik  dalam  latihan,  sodor,  maupun
                               ketangkasan  berpacu  samba  memainkan  pedang  menghajar  boneka  yang
                               digantungkan pada sepotong kayu. Ia sendiri ikut dalam latihan-latihan ini.

                               Menggunakan  banyak kata kerja  yang  menunjukkan kalimat tidak  langsung
                               sebagai  cara  menceritakan  tuturan  seorang  tokoh  oleh  pengarang.  Misalkan



                                                                27
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36