Page 153 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 153
Kunjungan/ Prof. Dr. Bahder
penyerahan Djohan berfoto
buku “Bahder bersama keluarga
Djohan pengabdi (Sumber:
kemanusiaan” Perpustakaan
kepada Prof. Dr. Nasional Repuplik
Bahder Djohan Indonesia)
yang dirawat di
Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo
dalam rangka HUT-
nya yang ke 78 tgl.
24 Juli 1980 oleh
Soemarmo (Yay.
Idayu), Prof. Amura
(Yay. Ibnu Chaldun)
dan Ali Amran (PT.
Gunung Agung) dan
Darsjar Rahman
(Sumber:
Perpustakaan
Nasional Republik
Indonesia)
menuntut agar pemerintah menyediakan buku-buku dalam bahasa Indonesia di perguruan tinggi serta ia aktif di JSB. Mungkin karena perhatiannya terhadap kebudayaan cukup tinggi, maka ia kemudian
mendirikan “Panitia Penilikan isi-isi buku pelajaran” yang diterjemahkan dari bahasa Belanda serta dipilih menjadi ketua Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI). Pada masa kepemimpinannya, LKI
tidak mengangkat guru besar yang tidak dapat berbahasa Indonesia. 16 menyelenggarakan Kongres Kebudayaan ke-2 pada tanggal 6–11 Oktober 1951, yang dihadiri oleh
Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Menteri PP&K Mr. Wongsonegoro.
Masalah ini tidak sempat dibahas oleh Kementrian PP&K masa Menteri Wongsonegoro karena Kabinet
Sukiman tidak lama berkuasa akibat mosi tidak percaya dari DPR. Dengan demikian masalah bahasa Dalam pidato selaku Ketua LKI, Bahder Djohan mengatakan bahwa keinsyafan atas harga diri menjadi
Belanda sebagai bahasa pengantar di perguruan tinggi menjadi “pekerjaan rumah” Menteri Bahder titik pangkal perjuangan kemerdekaan bangsa selama 40 tahun, pun tidak luput menjelma dalam lapangan
Djohan. Akhirnya Bahder Djohan mengundang para mantan Menteri PP&K dan para ahli pendidikan, kebudayaan. Semenjak zaman penjajahan telah timbul kesadaran dalam kepribadian manusia Indonesia.
bahasa, dan satra untuk berkumpul membahas dan mendiskusikan permasalahan bahasa Belanda Pada Kongres Kebudayaan ke-1, kebudayaan telah ditempatkan sebagai bagian dari pembangunan
sebagai pengantar di perguruan tinggi. negara dan masyarakat. Selanjutnya Bahder Djohan mengatakan bahwa kebudayaan adalah masalah
Setelah terjadi pembicaraan dan diskusi, pertemuan itu akhirnya mengajukan tiga rekomendasi kepada antara hubungan manusia dan alam, antara adab dan kodrat, antara kultur dan natur, antara akal dan
menteri. Pertama, pada masa kolonial, penggunaan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar mulai budi. Dalam masyarakat, peradaban merupakan penjelmaan kebudayaan. Dalam kebudayaan Indonesia
dari HIS/ELS, MULO, sampai tingkat perguruan tinggi, juga digunakan sebagai bahasa percakapan setiap masa lalu, banyak tempat yang kelihatan kabur, tetapi ada pula puncak yang disinari cahaya gemilang.
hari, sehingga para pelajar praktis fasih berbahasa Belanda. Namun dalam kenyataannya masih ada Oleh karena itu LKI harus menunjukkan perhatiannya pada soal yang konkret yang ditemui oleh
mahasiswa yang tidak lulus ujian. Jika bahasa Belanda terus dipertahankan sebagai bahasa pengantar masyarakat Indonesia dalam perkembangan ke segala jurusan hidup. Masalah itu adalah hak pengarang,
di perguruan tinggi, akan muncul kesukaran karena bahasa pada masa kini tidak lagi menjadi bahasa kritik seni, dan sensor film. Keputusan Kongres Kebudayaan ke-2 ternyata tidak jauh berbeda dengan
percakapan sehari-hari. Kedua, buku-buku teks dalam bahasa Belanda umumnya merupakan terbitan isi pidato pembukaan yang disampaikan oleh Ketua LKI Bahder Djohan, yaitu:
sebelum perang dunia. Oleh karena itu sebaiknya yang akan dijadikan buku-buku teks atau acuan yang 1. mengenai hak pengarang,
akan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah buku-buku yang lebih mutakhir sepeti yang 2. mengenai perkembangan kesusastraan,
diterbitkan di Inggris atau Amerika Serikat. Ketiga, untuk sementara waktu, boleh saja bahasa Inggris 3. mengenai kritik seni, dan
digunakan sebagai bahasa pengantar karena bahasa Inggris praktis lebih luas penggunanya dan juga 4. mengenai sensor film, dan mengenai organisasi kebudayaan. 18
lebih mudah dipelajari daripada bahasa Belanda. Namun untuk jangka panjang sebaiknya digunakan
bahasa Indonesia yang merupakan bahasa perjuangan dan bahasa persatuan. Kalau perlu, seluruh Setelah berhenti sebagai Menteri PP&K pada Kabinet Wilopo, Bahder Djohan kembali ke profesi
pegawai diwajibkan bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia, yang akan berpengaruh positif pula pada semula di bidang kesehatan. Pada tahun 1953 ia diangkat menjadi Direktur RSUP. Di samping itu ia
perkembangan kebudayaan Indonesia. 17 juga diangkat sebagai guru besar pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI). Pada tahun
berikutnya dia diangkat menjadi Presiden (Rektor) UI, sehingga jabatan direktur pada RSUP dilepasnya.
Kabinet Wilopo relatif berkuasa lebih lama dibandingkan dengan kabinet-kabinet parlementer Kedudukan sebagai Presiden UI diemban tidak sampai masa jabatan berakhir. Ia melepaskan jabatan
pendahulunya. Walaupun begitu, kurun waktu yang kurang 30% dari yang seharusnya membuat kabinet itu sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah dalam menyelesaikan konflik PRRI/Permesta.
ini pun tidak mampu menyelesaikan program kerjanya secara baik, termasuk program kerja kementerian Ia menolak penyelesaian secara militer. Ia berusaha menemui para pejabat yang berwenang dalam
PP&K. Pada tanggal 2 Juni 1953 muncul mosi tidak percaya dari DPR sebagai buntut peristiwa Tanjung masalah itu, seperti Jenderal A.H. Nasution, bahkan juga Presiden Soekarno. Namun upaya untuk
Morawa. Perdana Menteri Wilopo akhirnya mengembalikan mandat kepada Presiden Soekarno.
bertemu tidak pernah tercapai. Karena pemerintah tetap melaksanakan penyelesaian PRRI/Permesta
Setelah berhenti dari jabatan Menteri PP&K pada masa Kabinet Natsir, Bahder Djohan meneruskan secara militer, maka pada bulan Februari 1958 Prof. Dr. Bahder Djohan meletakkan jabatan sebagai
hobi dalam bidang kebudayaan. Telah disebutkan di atas bahwa hobi ini sudah digemarinya semenjak Presiden/Rektor UI.
140 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 141