Page 12 - Buku 14 67 Masalah Udhhiyyah ok
P. 12
Adapun berkurban untuk orang yang sudah meninggal
dunia, hukumnya disyariatkan dalam dua keadaan:
Jika berdasarkan wasiat si mayit, maka hukumnya
disyariatkan untuk dilaksanakan.
Jika mengikuti (ikut serta) dalam kurban orang yang
masih hidup, misalnya seorang lelaki berkurban untuk
dirinya dan keluarganya, lalu ia berniat mencakup
orang-orang hidup dan yang sudah meninggal dari
keluarganya.
11. Berkurban khusus untuk orang yang sudah meninggal
secara mandiri (tanpa wasiat atau bukan bagian dari
keluarga yang berkurban), maka hukumnya diperbolehkan.
Para ulama fikih menegaskan bahwa pahalanya sampai
kepada si mayit dan memberi manfaat baginya,
berdasarkan qiyas (analogi) terhadap sedekah yang
dilakukan atas nama orang mati.
Namun, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memilih pendapat
bahwa bersedekah dengan uang senilai hewan kurban
untuk orang mati lebih utama daripada menyembelihkan
kurban untuknya, karena berkurban khusus untuk orang
mati tidak dikenal di kalangan salaf.
12. Syarat sahnya kurban adalah bahwa hewan kurban itu
berasal dari jenis hewan ternak, yaitu unta, sapi, atau
kambing (termasuk domba) dari semua jenis dan
macamnya. Berdasarkan firman Allah Ta‘ala:
8

