Page 29 - BUKU DIGITAL MODEL RANDAI PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL SUMATERA BARAT_Neat
P. 29
PERUBAHAN LINGKUNGAN
dan mangrove di pesisir pantai. Masyarakat beradaptasi dengan
menggali kearifan lokal mengenai lingkungan tempat tinggal mereka.
Masyarakat juga berupaya mengolah atau mengambil hasil alam tanpa
berlebihan. Pengetahuan ini telah dimiliki masyarakat secara turun
temurun. Adaptasi yang dilakukan masyarakat melalui penyesuaian
diri dengan lingkungannya. Masyarakat menanggulangi situasi
eksternal ini dengan lari kedataran yang lebih tinggi yaitu Desa Air
Santok, Kecamatan Pariaman Timur.
B. Faktor Eksternal
Perubahan lingkungan akibat faktor eksternal terjadi karena ulah
manusia. Contoh perubahan lingkungan yang terjadi karena faktor
eksternal seperti, pencemaran air oleh limbah industri, pencemaran
tanah karena penggunaan pestisida berlebihan, pencemaran udara
akibat polusi transportasi hingga penebangan dan eksploitasi hutan
secara berlebihan yang akan menyebabkan perubahan lingkungan.
Dalam kasus eksploitasi hutan, di Sumatera Barat berdasarkan
hasil analisis citra satelit landsat Komunitas Konservasi Indonesia
(KKI) Warsi mendapati bahwa tutupan hutan Sumatera Barat
berkurang 31.367 hektar dalam rentang waktu 2017-2020.
Penurunan tutupan hutan terluas terjadi di Kabupaten Kepulauan
Mentawai yakni sebesar 7.458 hektar, disusul Kabupaten
Dharmasraya yang berkurang 3.151 hektar dan Kabupaten Solok
Selatan sebesar 4.975 hektar. Sementara selama rentang tahun 2019-
2020, total tutupan hutan yang berkurang yaitu sebanyak 8.015
hektar hutan.
Penurunan luas hutan paling banyak terjadi disebabkan oleh
beberapa faktor eksternal akibat manusia di antaranya karena adanya
izin pembukaan lahan baru untuk perusahaan. Selain itu, pembukaan
lahan baru untuk perladangan dan tambang emas ilegal juga turut
menyebabkan deforestasi (penurunan lahan hutan). Areal tambang
AWAL AKHIR 13
DAFTAR ISI