Page 106 - untitled
P. 106

1.  Yajña harus berdasarkan sastra. Tidak boleh melaksanakan yajña
                            sembarangan, apalagi didasarkan pada keinginan diri sendiri karena
                            mempunyai uang banyak. Yajña harus melalui perhitungan hari baik
                            dan buruk. Yajña harus berdasarkan sastra dan tradisi yang hidup
                            dan berkembang di masyarakat.
                        2.  Yajña harus didasarkan keikhlasan. Jangan sampai melaksanakan yajña
                            ragu-ragu. Berusaha berhemat pun dilarang di dalam melaksanakan
                            yajña. Hal ini mengingat arti yajña itu adalah pengorbanan suci
                            yang tulus ikhlas. Sang Yazamana atau penyelenggara yajña tidak
                            boleh kikir dan mengambil keuntungan dari kegiatan yajña. Apabila
                            dilakukan, maka kualitasnya bukan lagi sattwika namanya.
                        3.  Yajña harus menghadirkan Sulinggih yang disesuaikan dengan besar
                            kecilnya yajña. Kalau yajñanya besar, maka sebaiknya menghadirkan
                            seorang Sulinggih Dwijati atau Pandita. Tetapi kalau yajñanya kecil,
                            cukup dipuput/diselesaikan oleh seorang Pemangku atau Pinandita
                            saja.
                        4.  Dalam setiap upacara yajña, Sang Yazamana harus mengeluarkan
                            daksina. Daksina adalah dana uang kepada Sulinggih atau Pinandita
                            yang muput yajña. Jangan sampai tidak  melakukan itu, karena
                            daksina adalah bentuk dari Rsi yajña dalam Panca yajña.
                        5.  Yajña juga sebaiknya menghadirkan suara genta, gong atau mungkin
                            Dharmagita. Hal ini juga disesuaikan dengan besar kecilnya yajña.
                            Apabila biaya untuk melaksanakan yajña tidak besar, maka suara
                            gong atau Dharmagita boleh ditiadakan

                     b.  Rajasika Yajña
                             Rajasika yajña adalah kualitas yajña yang relatif lebih rendah.
                         Walaupun semua persyaratan dalam Sattwika yajña sudah terpenuhi,
                         namun apabila Sang Yazamana atau yang menyelenggarakan yajña
                         ada niat untuk memperlihatkan kekayaan dan kesuksesannya, maka
                         nilai yajña itu menjadi rendah. Dalam Siwa Purana disampaikan bahwa
                         seorang raja mengundang Dewa Siwa untuk menghadiri dan memberkati
                         yajña yang akan dilaksanakannya. Dewa Siwa mengetahui bahwa tujuan
                         utama mengundang-Nya hanyalah untuk memamerkan jumlah kekayaan,
                         kesetiaan rakyat, dan kekuasaannya.
                             Mengerti akan niat tersebut, raja pun mengundang Dewa Siwa, maka pada
                         hari yang telah ditentukan, Dewa Siwa tidak mau datang, tetapi mengirim
                         putranya yang bernama Dewa Gana untuk mewakili-Nya menghadiri







                 100       Kelas VII SMP
   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111