Page 104 - untitled
P. 104

Salah Satu Cerita yang Berhubungan dengan Syarat Yajña
                     Pada zaman Mahabharata dikisahkan Panca Pandawa melaksanakan yajña
                 sarpa yang sangat besar dan dihadiri oleh seluruh rakyat dan undangan dari raja-
                 raja terhormat dari negeri tetangga. Bukan itu saja, undangan juga datang dari
                 para pertapa suci yang berasal dari hutan atau gunung. Tidak dapat dilukiskan
                 betapa meriahnya pelaksanaan upacara besar yang mengambil tingkatan
                 utamaning utama.
                     Menjelang puncak pelaksanaan yajña, datanglah seorang Brahmana suci
                 dari hutan ikut memberikan doa restu dan menjadi saksi atas pelaksanaan
                 upacara yang besar itu. Seperti biasanya, setiap tamu yang hadir dihidangkan
                 berbagai macam makanan yang lezat-lezat dalam jumlah yang tidak terhingga.
                 Begitu juga Brahmana Utama ini diberikan suguhan makanan yang enak-enak.
                 Setelah melalui perjalanan yang sangat jauh dari gunung ke ibu kota Hastinapura,
                 Brahmana Utama ini sangat lapar dan pakaiannya mulai terlihat kotor. Begitu
                 dihidangkan makan oleh para dayang kerajaan, Sang Brahmana Utama langsung
                 melahap hidangan tersebut dengan cepat bagaikan orang yang tidak pernah
                 menemukan makanan.
                     Bersamaan dengan itu melintaslah Dewi Drupadi yang tidak lain adalah
                 penyelenggara yajña besar tersebut. Begitu melihat caranya sang Brahmana
                 Utama menyantap makanan secara tergesa-gesa, berkomentarlah Drupadi sambil
                 mencela. “Kasihan Brahmana Utama itu, seperti tidak pernah melihat makanan,
                 cara makannya tergesa-gesa,” kata Drupadi dengan nada mengejek. Walaupun
                 jarak antara Dewi Drupadi mencela Sang Brahmana Utama cukup jauh, karena
                 kesaktian dari Brahmana ini maka apa yang diucapkan oleh Drupadi dapat
                 didengarnya secara jelas. Sang Brahmana Utama diam, tetapi batinnya kecewa.
                 Drupadi pun melupakan peristiwa tersebut.
                     Di dalam ajaran agama Hindu, apabila kita mencela, maka pahalanya akan
                 dicela dan dihinakan. Terlebih lagi apabila mencela seorang Brahmana Utama,
                 pahalanya bisa bertumpuk-tumpuk. Dalam kisah berikutnya, Dewi Drupadi
                 mendapatkan penghinaan yang luar biasa dari saudara iparnya yang tidak
                 lain adalah Duryadana dan adik-adiknya. Di hadapan Maha Raja Drestarata,
                 Rsi Bisma, Bhagawan Drona, Kripacarya, dan Perdana Menteri Widura serta
                 disaksikan oleh para menteri lainnya, Dewi Drupadi dirobek pakaiannya oleh
                 Dursasana atas perintah Pangeran Duryadana. Perbuatan biadab merendahkan
                 kehormatan wanita dengan merobek pakaian di depan umum, berdampak pada
                 kehancuran bagi negeri para penghinanya. Terjadinya penghinaan terhadap
                 Drupadi adalah pahala dari perbuatannya yang mencela Brahmana Utama
                 ketika menikmati hidangan.







                 98        Kelas VII SMP
   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109