Page 31 - E-Modul Revisi_Neat
P. 31
E-Modul Biologi
27 Perubahan dan Pelestarian Lingkungan
Berbasis Literasi Ekologi dan Terintegrasi Kearifan Lokal Ammatoa Kajang
dalam wujud seperti tidak adanya alat elektronik seperti AC,
kulkas, dan perabotan rumah tangga yang banyak terbuat dari
bahan alami. Rumah adat suku Kajang juga relatif kecil yang
dibangun dengan bahan-bahan alami dan daun rumbia. Selain
itu, masyarakat menggunakan kuda sebagai alat transportasi
atau berjalan kaki. Berikut bunyi pasang mengenai prinsip
24
tersebut :
“Dodongi kamase-masea, hujui rikalenna, anre “ “ “
nakulle kaite-ite, Anre nakulle katoli-toli
Kasugihanga anre nakulle antama ri butta
kamase-masea.” Artinya meski kita serba susah
dalam kesederhanaan, tetap berpegang pada
prinsip sendiri, tidak boleh sembarang melihat,
tidak boleh sembarang melompat, tidak boleh
sembarang mendengar, kekayaan tidak akan
pernah masuk di kawasan adat dan
“Ammentengko nu kamase-mase, accidongko nu
kamase-mase, a’dakkako nu kamase-mase,
a’meako nu kamasemase.” Artinya: berdiri engkau
sederhana, duduk engkau sederhana, melangkah
engkau sederhana, dan berbicara engkau
sederhana.
Makna butir pasang tersebut menjelaskan mengenai
bagaimana seharusnya cara hidup masyarakat adat kajang,
mulai dari cara makan, berpakaian, berkebun, dan membangun
rumah. Cara hidup sederhana dan bersinergi dengan alam
tanpa memikirkan hidup mewah di tengah kehidupan
masyarakat modern. Melalui prinsip tersebut, masyarakat adat
Kajang secara tidak langsung membantu mengurangi konsumsi
energi yang berlebihan, meminimalkan sampah, dan
memaksimalkan penggunaan sumber daya.
24 ibid.

