Page 171 - D:\TAHUN AJARAN 2021 - 2022\software\bulan tereliye\
P. 171
menawan. Satu-dua berikutnya juga muncul, lebih ber-
warna-warni, kuning-biru dengan jambul lebih panjang.
Mereka bersiul merdu, terus terbang, sesekali berani hing-
gap di pundak, di ransel, di tengkuk harimau, seolah genit
menari-nari.
”Ini burung apa? Lucu sekali.” Seli menatapnya. Gerakan
harimaunya melambat.
Burung itu terus bersiul-siul, saling menyahut, berganti-
an, seperti sedang bernyanyi kor. Nada rendah, nada tinggi.
Terus menari-nari lincah. Aku tidak pernah tahu burung
bisa bernyanyi dan menari seperti ini jika tidak melihatnya.
Seli benar, burung ini amat menggemaskan.
Ali menepuk-nepuk atas kepalanya, mengusir burung itu
pergi. Dia memang tidak suka hal-hal begini. Dia lebih
suka meledakkan sesuatu di laboratorium dibanding ekskul
paduan suara atau tari-menari.
Tapi ada yang ganjil. Aku mendadak menyadari sesuatu,
burung-burung ini semakin ramai datang. Hei, aku menelan
ludah. Ini bukan siulan biasa, mereka sedang memanggil
teman-temannya. Sebelum aku menyadari apa yang sedang
terjadi, harimau Seli di depan terhenti. Seli mencicit me-
nunjuk ke depan. Saat itulah aku tahu penjelasan kenapa
areal hutan ini dipenuhi kerangka hewan utuh. Di depan
sana, ribuan burung kecil itu sedang berpesta pora meng-
habisi daging seekor banteng besar. Rakus dan mengerikan
hingga tinggal kerangka tulang, seperti ikan piranha di
duniaku—bedanya piranha tidak bisa terbang mengejar.
171
Isi-Bulan-2b.indd 171 2/10/2015 4:12:23 PM