Page 12 - eBook Morfologi dan Gejala Serangan Tungau dan Bakteri
P. 12
9
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber
energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Menurut Fajriani, dkk.
(2015), pertanian merupakan sektor yang sangat penting sebagai penggerak
perekonomian, karena sebagian besar penduduk Indonesia mengandalkan sektor
pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian, maupun sebagai penopang
pembangunan. Sektor pertanian berkaitan erat dengan pembudidayaan tanaman
pangan, namun dalam melakukan pembudidayaan kita tidak pernah luput dari
yang namanya organisme penganggu tanaman (OPT). OPT adalah hewan atau
tumbuhan, baik yang berukuran mikro ataupun makro yang mengganggu,
menghambat, bahkan mematikan tanaman yang dibudidayakan. Berdasarkan jenis
serangganya, OPT dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu hama, vektor penyakit, dan
gulma. Salah satu dari vektor penyakit pada tanaman adalah bakteri, yang
tentunya berperan sebagai pembawa penyakit.
Bakteri patogen pada tanaman menyebabkan kerusakan dan biaya yang
relatif lebih sedikit, dibandingkan dengan jamur dan virus. Bakteri yang termasuk
ke dalam kelas patogen biotrof atau hemibiotrof, berinteraksi dengan tanaman
inang melalui gen dan mekanisme khusus untuk menginfeksi atau menjajah
tanaman. Bakteri dewasa yang akan menjajah tanaman. Populasi besar bakteri
patogen dapat divisualisasikan sebagai suspense kental, sebagai agregat dalam
cairan, atau biofilm pada tanaman, diantara semua bakteri patogen yang
menginfeksi tanaman, Pseudomonas syringae pathovars adalaha yang paling
umum dan dipelajari dengan baik. Pseudomonas syringae merupakan bakteri yang
sifatnya negatif, karena menimbulkan berbagai gejala pada tanaman, seperti
hawar, kanke, bercak daun, dan layu. Bakteri berkembang di dalam tanaman inang
sebagai parasit. Pada permukaan tanaman sebagai epifit dan bertahan di dalam
tanah dalam jaringan tanaman, beberapa hidup bebas secara saprofit, ada yang
bertahan dengan membentuk bacterial ooze (Tripathi, 2017).