Page 252 - Gabungan
P. 252

pintu terbuka, berhenti ketika pintu tertutup lagi.


                Di dalam kamar, Yenni memeluk Hana sambil menangis: "Hana,


            mengapa takdirku begitu pahit?"


                "Yenni,  kau  harus  punya  keyakinan  dan  keberanian  untuk


            melawan penyakit ini!"


                "Hana, aku sudah memutuskan. Besok aku tidak akan menemui


            Dr. Emir," kata Yenni dengan serius. "Di Nusantara, belum pernah ada


            kasus leukemia yang sembuh. Tidak perlu buang-buang uang  dan


            waktu lagi. Hana, besok kita kembali ke Panti Asuhan Santa Carlos.


            Aku ingin memanfaatkan sisa waktuku untuk berbuat kebaikan."


                "Tidak!  Yenni!  Dr.  Emir  pasti  bisa  menyembuhkanmu!  Lagipula,


            bagaimana bisa kau tinggalkan Kepala Insinyur Su?"


                "Dia pria yang begitu baik!" Yenni menatap ke atas seperti sedang

            membacakan puisi, lalu menunduk lagi. "Tapi aku tidak ingin bertemu


            dia lagi..."


                "Mengapa?"


                "Aku sudah terlalu menderita luka hati, aku tidak mau membuatnya


            terluka juga!" Yenni menggenggam lengan Hana. "Berjanjilah padaku,


            Hana! Pacarilah Tuan Su! Dia ilmuwan muda berbakat, dia juga butuh


            cinta!"


                "Tidak!  Yenni,  aku  tidak  bisa  berjanji!  Kepala  Insinyur  Su


            mencintaimu!"  Hana  perlahan  melepaskan  pelukannya.  "Hari  ini  di

                                                           252
   247   248   249   250   251   252   253   254   255   256   257