Page 539 - Gabungan
P. 539

Bai Wenxiong.


                Bai  Bowen  menyaksikan  Bai  Wenxiong  pergi  dengan  mobil.


            Hatinya terasa hampa, seolah kehilangan sesuatu. Bai Bowen benar-


            benar merasa malu. Ia tidak pernah membantu adiknya, tapi justru


            membiarkan  adiknya  menghadapi  risiko  sendirian  untuk  masalah


            besar ini. Ia sedikit menyesal karena dulu tidak menyetujui pinjaman


            70 juta rupiah yang diajukan adiknya. Ia mondar-mandir di ruang tamu,


            hatinya gelisah, mana ada nafsu makan?


                Sementara itu, Bai Wenxiong tiba di Taman Monumen Nasional


            dan  memarkir  mobilnya.  Ia  berjalan  ke  sisi  selatan  taman.  Cuaca


            sangat  panas.  Kebetulan  ia  membawa  koran,  Bai  Wenxiong


            mengipas-ngipaskan  koran  itu  dengan  kuat.  Tak  lama  kemudian,


            keringatnya mengering. Ia melirik ke kiri dan kanan, tapi tidak ada

            siapa-siapa  yang  mencarinya.  Bai  Wenxiong  duduk  di  rumput  dan


            menunggu. Beberapa saat kemudian, ia mengipas lagi dengan koran,


            tetap tidak ada yang menghampirinya.


                Langit perlahan gelap. Di sebelah timur, awan hitam pekat, petir


            menyambar-nyambar, tampaknya hujan akan segera turun. Saat Bai


            Wenxiong sedang gelisah, ia melihat seorang gadis kecil berusia lima


            atau enam tahun menghampirinya dan berkata:


                "Paman, paman di sana meminta paman datang untuk bicara."


                Mengikuti  arah  tangan  gadis  kecil  itu,  Bai  Wenxiong  melihat

                                                           539
   534   535   536   537   538   539   540   541   542   543   544