Page 29 - 37 Masalah Populer
P. 29

dilarang  adalah  bid’ah  dalam  agama.
               Sedangkan bertasbih  menggunakan  Tasbih
               adalah  cara  untuk  menghitung  jumlah
               bilangan (zikir). Tasbih adalah sarana yang
               marjuhah      (lawan     rajih/kuat)   dan
               mafdhulah  (lawan  afdhal).  Afdhalnya
                                                      52
               menghitung tasbih itu dengan jari jemari .


                       Beberapa pelajaran dari uraian di atas:


               Pertama, bahwa ikhtilaf dalam memahami nash (teks) bukan perkara baru, sudah terjadi ketika
               Rasulullah  Saw  masih  hidup,  kemudian  berlanjut  hingga  zaman  shahabat  setelah  ditinggalkan
               Rasulullah Saw, hingga sampai sekarang ini. Maka yang perlu dilakukan bukan menghilangkan
               ikhtilaf, seperti rendah hatinya Imam Malik yang tidak mau memaksakan Mazhab Maliki, tapi

               memahami ikhtilaf sebagai dinamika dan kekayaan khazanah keilmuan Islam, selama ikhtilaf itu
               dalam masalah furu’, bukan masalah ushul, sebagaimana yang dicontohkan para Shalafusshaleh
               diatas.


               Kedua,, berbeda dalam masalah furu’ tidak menyebabkan ummat Islam saling  membid’ahkan.
               Karena Imam Ahmad bin Hanbal tidak membid’ahkan Imam Syafi’i dan para pengikutnya hanya
               karena mereka membaca doa Qunut pada shalat Shubuh. Kecenderungan membid’ah orang lain
               ketika berbeda pendapat, ini berbahaya, contoh: orang yang berpegang pada pendapat Syekh al-
               Albani,  ketika  akan  turun  sujud,  ia  akan  mendahulukan tangan.  Jika  ia  tidak  dapat  menerima
               pendapat yang mengatakan mendahulukan lutut, berarti ia membid’ahkan Syekh Ibnu Utsaimin
               dan Syekh Ibnu Baz.


               Contoh  lain,  orang  yang  datang  ke  tanah  lapang  untuk  melaksanakan  shalat  Idul  Fitri,  jika  ia
               berpegang  pada  pendapat  Syekh  Ibnu  Utsaimin,  maka  ia  akan  melaksanakan  shalat  Tahyatul-
               masjid. Orang yang berpegang pada pendapat Syekh Ibnu Baz yang mengatakan tidak ada shalat
               Tahyatal-masjid  di  tanah  lapang  tempat  shalat  Ied.  Ia    mesti  dapat  menerima  perbedaan,  jika
               tidak dapat menerima perbedaan pendapat, maka ia pasti akan membid’ahkan orang-orang yang
               berpegang pada pendapat Syekh Ibnu Utsaimin.

               Ketiga, seperti yang diwasiatkan al-Imam asy-Syahid Hasan al-Banna,

                                               انعلتخا اميف رذتعنو انقعتا اميف لمع ن


               “Mari beramal pada perkara yang kita sepakati, dan mari berlapang dada menyikapi perkara yang
               kita ikhtilaf di dalamnya”.



                       52  Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibn ‘Utsaimin, Juz.XIII (Dar al-Wathan, 1413H),
               hal.174.

                                                             29
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34