Page 37 - Malut_Misteri Pulau Imam_Risnawati Djauhar.pdf
P. 37

“Saya selalu dikucilkan, dianggap selalu berbuat jahat.


                 Mereka selalu membicarakan kebusukan saya, padahal saya



                 selalu membantu mereka, memberikan bantuan, memberikan


                 kasih sayang, tetapi sepertinya saya tidak ada artinya.”


                        “Sudah, ayo sudahlah. Cukupkan tangisanmu.”


                        “Tetapi ini terlalu sakit, Imam.”


                        “Cobalah kau rasakan, apakah angin yang berhembus



                 ini sejuk?”


                        “Iya, karena di sini banyak pepohonan ’kan?”


                        “Pernahkan kau membalas budi baik pohon dan angin


                 itu?”



                        “Jika saya mampu dan tahu caranya, sudah saya balas,


                 Imam. Bukankah begitu?”


                        “Tetapi angin tidak mengharapkan itu, saudaraku, meski


                 kau ingin melakukannya. Rasa sedihmu itu ada karena engkau



                 merasa kebaikanmu itu harus dibalas dengan kebaikan.”


                        “Kau merasa dirimu sangatlah baik sehingga itu tidak


                 pantas.”


                        “Apa maksudnya?”









                                                           25
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42