Page 5 - Sinar Tani Edisi 4093
P. 5
5
Edisi 2 - 8 Juli 2025 | No. 4093 Tahun LV
Saatnya HKTI
Bertransformasi
HKTI (Himpunan
Kerukunan
Tani Indonesia)
harus menjadi
organisasi
modern yang
kerja nyata,
bukan sekadar
banyak
omong. Begitu
penegasan Ketua
Umum DPN
HKTI terpilih
Sudaryono.
alam suasana Munas
HKTI yang meriah
dan dipenuhi rasa
optimisme, Sudaryono,
menyampaikan pidato
Dpenuh semangat dan
guyon segar, namun sarat makna
dan arahan tajam. Ia bukan hanya
sekadar menyapa, tetapi juga
menantang seluruh pengurus dan Sebagai Wakil Menteri Pertanian, Langkah Kongkret Ia mendorong semua elemen,
kader HKTI untuk menjadi pejuang ia merasa memiliki tanggung Sebagai langkah konkret, termasuk HKTI, untuk berperan
lapangan yang bergerak cepat, jawab ganda. Selain, membangun Sudaryono melempar tantangan aktif dalam menyukseskan agenda
bukan tukang wacana yang hanya pertanian lewat kebijakan, dan ke seluruh pengurus HKTI: adakan pertanian nasional. Menurutnya,
pintar bicara. menghidupkan HKTI sebagai minimal dua kegiatan nyata di masa depan Indonesia sangat
“Karena itu, saya berharap HKTI perpanjangan tangan program. tingkat kabupaten selama Juli. ditentukan oleh bagaimana sektor
jadi organisasi modern yang bekerja. “Sekarang saya punya tambahan “Apa pun itu, asal berdampak pertanian dikelola sejak hari ini.
Jangan banyak omon-omon,” tegas pasukan: penyuluh pertanian, dinas, untuk petani dan rakyat, silakan. Karena itu, Sudaryono
Sudaryono. Pernyataan itu bukan Babinsa, dan sekarang HKTI. Tinggal Asal jangan cuma acara seremoni,” menyambut baik bersatunya dua
tanpa dasar. Sudaryono yang juga pilih, mau pasukan yang kerja atau tegasnya. kubu dalam tubuh HKTI. Ia menilai,
Wakil Menteri Pertanian ini melihat cuma tidur?”. Menurutnya, sebuah organisasi ini menjadi peluang besar untuk
tantangan pertanian Indonesia ke Sudaryono juga menginginkan bisa hidup karena pertemuan dan memperkuat peran petani dalam
depan makin kompleks. HKTI menjadi pasukan tambahan kegiatan. Tanpa itu, organisasi pembangunan. "HKTI sekarang
Karena itu, menurutnya, HKTI yang bukan cuma hadir di forum, cuma tinggal papan nama. tidak bisa lagi pasif. Harus jadi
harus bertransformasi menjadi tapi bekerja nyata di desa dan sawah. Contohnya, acara Munas kali bagian dari program pemerintah.
kekuatan sosial yang tersambung Karena itu, ke depan dirinya akan ini dianggapnya paling mewah Harus aktif, bahkan kalau perlu,
dengan program pemerintah, menerapkan sistem monitoring dan sepanjang sejarah HKTI, baik dari harus kritis," katanya.
bukan lagi sekadar pengamat atau evaluasi ketat. Pengurus provinsi segi kemasan maupun dukungan Ia berharap HKTI mampu
pengkritik pasif. Baginya, organisasi harus menjadi mandor dari kinerja sponsor. Tapi, kemewahan itu menjadi organisasi yang produktif.
hidup itu bukan di seminar dan kabupaten, dan hasilnya harus bisa harus dibayar dengan kerja keras Tidak hanya hadir saat munas,
diskusi belaka. Ia ingin HKTI punya diukur. setelahnya. tapi juga hadir di lapangan. Ia
denyut nadi di tengah rakyat, aktif Menyampaikan perumpamaan Sudaryono juga dengan lugas mendorong agar HKTI mulai
menyapa petani, bukan sekadar soal karakter bangsa dari mengatakan bahwa HKTI di bawah menghasilkan benih sendiri, pupuk
menyusun program lalu bubar. kebiasaan kerjanya, Sudaryono kepemimpinannya tidak akan organik sendiri, dan menjadi
Sudaryono menegaskan, HKTI mengungkapkan, Jepang disebut menjadi tempat nyaman bagi mitra strategis pemerintah.
sejak awal berdirinya adalah mitra sebagai bangsa yang banyak kerja mereka yang suka leha-leha. “Saya "Kalau dulu HKTI bisa bertahan di
pemerintah, bahkan sudah demikian sedikit bicara. Jerman bahkan lebih orang kerja. Hobi saya cuma tiga, masa sulit, masa sekarang tidak
sejak masa Orde Baru di bawah ekstrem, kerja terus, hampir tak makan, tidur, dan kerja. Jadi kalau bisa lebih baik? Ini saatnya HKTI
Presiden Soeharto. Namun pasca banyak omong. China, katanya, bisa ada yang tidak suka kerja, ini akan menunjukkan kapasitas," serunya.
reformasi, arah HKTI cenderung tidak kerja dan bicara sekaligus, makanya jadi organisasi yang tidak enak buat Sudaryono menutup pidatonya
sejalan dengan kebijakan negara. bisa bangkit cepat. kalian,” ucapnya setengah serius. dengan nada reflektif, bahwa
Perannya pun banyak berpindah “Ada juga bangsa yang banyak Namun bagi mereka yang rakyat Indonesia, khususnya
menjadi lembaga advokasi petani. bicara, sedikit kerja. Itu katanya sih mau belajar, mau berkeringat, petani, tidak butuh janji-janji
“Itu bagus, tapi sekarang di Afrika, kata orang-orang ya. Nah Sudaryono pun menjamin kosong. Mereka perlu kehadiran,
bukan waktunya hanya advokasi. Indonesia masuk kategori yang akan menjadi perjalanan perhatian, dan pendampingan
Kita harus membela langsung, mana?” ujarnya. Pertanyaan retoris menyenangkan, penuh tantangan yang nyata. “Bagi saya, yang
menghubungkan petani dengan itu menyenggol sekaligus mengajak dan kontribusi. Ia pun mengajak penting bukan bikin program,
kebijakan, dengan program nyata refleksi. Sudaryono menginginkan seluruh jajaran HKTI untuk tapi apakah program itu sampai
dari pemerintah,” katanya. Karena Indonesia, khususnya HKTI, masuk mewujudkan organisasi modern ke petani? Apakah HKTI hadir saat
itu, Ia ingin HKTI terkoneksi langsung golongan bangsa yang produktif, yang bukan hanya terdengar, tapi petani butuh solusi? Itulah yang
dengan strategi besar pertanian yang menjawab tantangan bukan juga terasa oleh para petani di harus jadi ukuran,” ujarnya penuh
nasional. dengan debat, melainkan aksi. pelosok negeri. penekanan. Gsh/Yul

