Page 84 - Tugas minggu 14 e-modul LKS - Sara Khezia Sibarani
P. 84

Riba juga dipraktikkan orang dibeberapa kota Arab pada masa Jahiliyah. Oleh

                       karena itu, disebut juga riba jahiliyah. Formulasi riba jahiliyah adalah transaksi pinjam,
                       meminjam  dengan  satu  perjanjian,  peminjam  bersedia  mengembalikan  jumlah

                       pinjaman pada waktu yang telah disepakati berikut tambahan. Pada saat jatuh tempo,
                       pemberi pinjaman (kreditur) meminta jumlah pinjaman yang belum diberikan kepada

                       peminjam  (debitur).  Jika  debitur  belum  sanggup  membayar,  kreditur  memberikan
                       tenggang waktu dengan syarat debitur membayar sejumlah tambahan atas pinjaman

                       pokok.  Selanjutnya,  dijelaskan  oleh  Ar  –  Razzy,  apabila  permintaan  ini  diterima,

                       kreditur bersedia memberikan tenggang waktu. Tambahan tersebut bisa mencapai tiga
                       bahkan empat kali lipat.


                              Objek  riba  tidak  hanya  uang,  tetapi  bisa  juga  berupa  hewan  ternak.  Ath  –
                       Thabari menuturkan bahwa riba pada masa jahiliah yang berlaku untuk ternak adalah

                       dengan melipat gandakan umur hewan ternak. Jika unta yang dipinjam berumur satu

                       tahun, pada tahun kedua, jika tidak sanggup membayar utang, unta yang harus dibayar
                       menjadi berumur dua tahun (bintu labun).


                              Berdasarkan  riwayat  –riwayat  tentang  praktik  riba  tersebut,  dapat  dicatat
                       beberapa  hal.  Riba  berkaitan  dengan  ketidaksanggupan  peminjam  mengembalikan

                       untungnya  pada  waktu  yang  telah  disepakati.  Kemudian,  muncul  kesepakatan

                       berikutnya berua penundaan pembayaran utang dengan catatan, peminjam memberikan
                       tambahan atas jumlah pinjaman ketika pelunasan. Kespakatan ini disebabkan keadaan

                       memaksa.

                              Utang pada umumnya dilakukan oleh orang – orang berharta pada bank untuk

                       mengembangkan  usaha  mereka,  sedangkan  orang  miskin  nyaris  tidak  berhubungan

                       dengan  bank  karena  untuk  mendapatkan  kredit  dari  bank  diperlukan  jaminan,
                       sedangkan mereka tidak memiliki sesuatu yang dijadikan jaminan. Kasus ini khususnya

                       terjadi di Indonesi. Pada masa jahiliah tidak ada lembaga keuangan yang menyalurkan
                       jasa dengan cara kredit, seperti  yang dilaksanakan oleh perbankkan sehingga orang

                       yang memerluakn dana hanya berhubungan dengan perseorangan, sedangkan sekarang
                       pinjaman  tidak  hanya  dilakukan  oleh  perseorangan,  tetapi  juga  lembaga.  Karena

                       jasanya  besar,  bank  sebagai  lembaga  penyalur  dana  saat  ini  menjadi  aktor  utama

                       penggerak roda ekonomi suatu bangsa
   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89