Page 10 - abunawas-sang penggeli hati
P. 10

"Ampun Tuanku,"sahut penjaga pintu gerbang dengan gemetar.

                   Abu Nawas berkata,"Tuanku, hamba sudah lelah, sudah mau istirahat, tiba-tiba
                   diwajibkan hadir di tempat ini, padahal hamba tiada bersalah. Hamba mohon
                   ganti rugi. Sebab jatah waktu istirahat hamba sudah hilang karena panggilan
                   Tuanku. Padahal besok hamba harus mencari nafkah untuk keluarga hamba."

                   Sejenak Baginda melengak, terkejut atas protes Abu Nawas, namun tiba-tiba ia
                   tertawa terbahak-bahak, "Hahahaha...jangan kuatir Abu Nawas."

                   Baginda kemudian memerintahkan bendahara kerajaan memberikan sekantong
                   uang perak kepada Abu Nawas. Abu Nawas pun pulang dengan hati gembira.


                   Tetapi sesampai di rumahnya Abu Nawas masih bersikap aneh dan bahkan
                   semakin nyentrik seperti orang gila sungguhan.


                   Pada suatu hari Raja Harun Al Rasyid mengadakan rapat dengan para
                   menterinya.

                   "Apa pendapat kalian mengenai Abu Nawas yang hendak kuangkat sebagai
                   kadi?"

                   Wazir atau perdana meneteri berkata,"Melihat keadaan Abu Nawas yang
                   semakin parah otaknya maka sebaiknya  Tuanku mengangkat orang lain saja
                   menjadi kadi."

                   Menteri-menteri yang lain juga mengutarakan pendapat yang sama.


                   "Tuanku, Abu Nawas telah menjadi gila karena itu dia tak layak menjadi kadi."

                   "Baiklah, kita tunggu dulu sampai dua puluh satu hari, karena bapaknya baru
                   saja mati. Jika tidak sembuh-sembuh juga bolehlah kita mencari kadi yang lain
                   saja."


                                                             10
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15