Page 104 - abunawas-sang penggeli hati
P. 104

Abu Nawas terperanjat. la menyesal telah mengatakan kemungkinan
                   mewujudkan istana di awang-awang. Tetapi nasi telah menjadi bubur. Kata-
                   kata yang telah terlanjur didengar oleh Baginda tidak mungkin ditarik kembali.




                   Baginda memberi waktu Abu Nawas beberapa minggu. Rasanya tak ada yang
                   lebih berat bagi Abu Nawas kecuali tugas yang diembannya sekarang.
                   Jangankan membangun istana di langit, membangun sebuah gubuk kecil pun
                   sudah merupakan hal yang mustahil dikerjakan. Hanya Tuhan saja yang mampu
                   melakukannya. Begitu gumam Abu Nawas.




                   Hari-hari berlalu seperti biasa. Tak ada yang dikerjakan Abu Nawas kecuali
                   memikirkan bagaimana membuat Baginda merasa yakin kalau yang dibangun itu
                   benar-benar istana di langit. Seluruh ingatannya dikerahkan dan dihubung-
                   hubungkan. Abu Nawas bahkan berusaha menjangkau masa kanak-kanaknya.
                   Sampai ia ingat bahwa dulu ia pernah bermain layang-layang.




                   Dan inilah yang membuat Abu Nawas girang. Abu Nawas tidak menyia-nyiakan
                   waktu lagi. la bersama beberapa kawannya merancang layang-layang raksasa
                   berbentuk persegi empat. Setelah rampung baru Abu Nawas melukis pintu-pintu
                   serta jendela-jendela dan ornamen-ornamen lainnya.





                   Ketika semuanya selesai Abu Nawas dan kawan-kawannya menerbangkan
                   layang-layang raksasa itu dari suatu tempat yang dirahasiakan.






                                                            104
   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109