Page 108 - abunawas-sang penggeli hati
P. 108

Saat itu Abu Nawas baru saja pulang dari istana setelah dipanggil Baginda. la
                   tidak langsung pulang ke rumah melainkan berjalan-jalan lebih dahulu ke
                   perkampungan orang-orang badui. Ini memang sudah menjadi kebiasaan Abu
                   Nawas yang suka mempelajari adat istiadat orang-orang badui.




                   Pada suatu perkampungan, Abu Nawas sempat melihat sebuah rumah besar
                   yang dari luar terdengar suara hingar bingar seperti suara kerumunan puluhan
                   orang. Abu tertarik, ingin melihat untuk apa orang-orang badui berkumpul di
                   sana, ternyata di rumah besar itu adalah tempat orang badui menjual bubur
                   haris yaitu bubur khas makanan para petani. Tapi Abu Nawas tidak segera
                   masuk ke rumah besar itu, merasa lelah dan ingin beristirahat maka ia terus
                   berjalan ke arah pinggiran desa.




                   Abu Nawas beristirahat di bawah sebatang pohon rindang. la merasa hawa di
                   situ amat sejuk dan segar sehingga tidak berapa lama kemudian mehgantuk dan
                   tertidur di bawah pohon.




                   Abu Nawas tak tahu berapa lama ia tertidur, tahu-tahu ia merasa dilempar ke
                   atas lantai tanah. Brak! lapun tergagap bangun.




                   "Kurang ajar! Siapa yang melemparku?" tanyanya heran sembari menengok
                   kanan kiri.



                   Ternyata ia berada di sebuah ruangan pengap berjeruji besi. Seperti penjara.


                                                            108
   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113