Page 109 - GARIS WAKTU
P. 109
bisa menyentuhnya. Atau setidaknya, dulu kupikir begitu.
Dulu, dengan arogannya, kukubur dia dalam-dalam.
Kemudian aku menjadi manusia yang sibuk menamai,
tanpa pernah lagi memaknai. Aku menjadi robot.
Jangan cemburu dulu. Aku tidak sedang membicarakan
sesosok manusia yang lainnya. Ini lebih besar: terimplan
di nadiku sejak aku melihat rekan-rekan sejawatku gugur
satu per satu, tanpa pernah benar-benar tahu alasan
mereka hidup.
Pernahkah kau terbangun di suatu pagidan menyadari
bahwa jiwamu sudah tidak lagi ada di tempat ragamu
terbangun? Pernahkah kau berada di atas tebing di mana
tubuhmu ingin melompat menuju kebebasan? Pernahkah
kau merasa segalanya saling terkorelasi dan yang ingin
kau lakukan hanyalah melihat dunia? Pernahkah kau
merasa kau tidak lagi menjadi dirimu sendiri dan yang
ingin kau lakukan hanyalah pergi jauh, mencari arti hidup
ini? Aku pernah. Dan kau tahu apa yang kulakukan? Aku
duduk, diam, lalu mendengarkan hatiku baik-baik. Hatiku
memintaku untuk menggapai cita-cita.
Ya... “cita-cita” adalah pelangiku, sesuatu yang
membuatku tahu bahwa aku tidak lahir ke bumi ini
104

