Page 127 - GARIS WAKTU
P. 127

Lalu,  kubuka   mata.  Semilir  musim  panas  dan
            wangimu  masih  menetap.  Kenangan-kenangan  tentang
            kita  menyerang  tanpa  peringatan.  Aku  bertanya  kabarmu,
            namun  kau  tak  juga  membalas.  Apakah  kau  masih
            merindukanku  dan  bagian  kecil  cerita  kita?  Ataukah
            hanya  aku  yang  merasakan  ini?

                Jangan  biarkan  aku  begini,  tertimbun  pertanyaan-

            pertanyaan  yang  semakin  kugali  semakin  bercabang
            pada  lebih  banyak  lagi  pertanyaan.  Karena  bagiku,  hal
            terberat  bukanlah  saat  raga  kita  berjarak,  melainkan  saat
            hati  kita  berjarak.

                Tak  tahan  lagi  digerogoti  cemburu  tanpa  dasar
            menentu,  kukemasi  barang-barangku.  Tiket  menuju
            tempat  kita  pertama  kali  bertemu  sudah  tersimpan  di
            tas  ranselku:  berjajar  bersama  celana,  baju,  juga  oleh-

            oleh  untukmu  dan  Ibu. Tidak  lupa  kuselipkan  kesetiaanku
            yang  terlipat  rapi:  yang  telah  selamat  menempuh  sepi.

                Aku  hampir  lupa  bagaimana  ritme  kota  menyanyikan
            senandungnya,  atau  bagaimana  lampu  malam  menemani
            hati  kita  yang  berbunga.  Tapi  aku  tidak  akan  pernah
            lupa  rasanya  jatuh  cinta  padamu  berulang  kali  melawan
            perbedaan.







      22
   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132