Page 2 - 709-1769-1-PB_Neat
P. 2

VOL.5 NO.1                                                            ISSN: 2443-1257
                     OKTOBER 2019                                                       E-ISSN: 2621-62-64


                     pembelajaran matematika, karena dengan berusaha mencari pemecahan masalah secara

                     mandiri akan memberikan pengalaman  sehingga dengan  pengalaman tersebut dapat
                     digunakan untuk memecahkan masalah serupa.

                           Namun  berdasarkan  hasil  observasi  lapangan  guru  masih  menggunakan  buku
                     paket.  Guru  menerangkan  pelajaran  berdasarkan    buku    paket    yang    digunakan  dan

                     dicatatkan  di  papan  tulis,  sehingga  pengetahuan    siswa    terbatas    pada    materi  yang

                     dicatat  oleh  guru.  Selama  ini  buku  yang  ada  disekolah  sudah bervariasi,  contohnya
                     seperti buku paket dan lembar kerja  siswa  (LKS)  yang  berkembang disetiap tahun

                     ajaran.  Namun  belum  digunakan  pembelajaran  menggunakan  modul.  Kemudian
                     kemampuan siswa dalam memecahkan masalah soal pokok bahasan fungsi komposisi

                     dan fungsi invers masih rendah.  Hal  ini  dilihat  dari  nilai  harian siswa ternyata dari
                     40 siswa hanya sekitar 35%  yang  mendapatkan  nilai  diatas  70 yaitu sekitar 14   siswa

                     dan selebihnya mendapatkan nilai dibawah 70 yaitu sekitar 26 siswa.

                           Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan adanya bahan ajar yang bisa menjadi
                     alternatif buku pegangan siswa selain buku paket yang digunakan saat ini dan bahan

                     ajar yang dikembangkan dapat berupa  modul  yang  didesain  secara menarik dengan

                     bahasa yang tidak baku untuk membantu siswa dalam mempelajari materi matematika.
                     Modul  merupakan  seperangkat      bahan      ajar      yang      disajikan  secara  sistematis

                     sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator  atau  guru.
                     Dimana penggunaan modul merupakan proses mengembangkan pemahamannya sendiri

                     terhadap suatu konsep dengan kegiatan mencoba dan berpikir sendiri, karena dengan
                     berusaha  mencari    permecahan    masalah    secara  mandiri    akan    memberikan    suatu

                     pengalaman yang konkret.

                           Berdasarkan    hasil    pengamatan  dapat  dilihat  bahwa  guru  tidak  pernah
                     menggunakan     modul     dengan     model pembelajaran Quantum Learning. Model

                     pembelajaran Quantum Learning akan membawa keberhasilan yang tertunda sehingga
                     akan menimbulkan   kerja keras untuk mencapai  keberhasilan.  Kerja keras inilah akan

                     menciptakan  sifat  lebih  aktif  dalam  mencari  solusi-solusi  dari  permasalahan-
                     permasalahan dan mampu memanfaatkan     sumber-sumber     belajar yang    berkaitan

                     dengan        permasalahan  yang        dihadapi,  sehingga  akan  timbul  keberanian

                     mengeluarkan ide baik forum diskusi sesama teman atau lebih keatif lagi siswa dalam





                                                              476
   1   2   3   4   5   6   7