Page 3 - Ridwan Sang Pahlawan Cerpen
P. 3

“Yoi, Wan!”

               Jonathan mengikuti langkah grusak-grusuk Ridwan. Walaupun masih dirasa penasaran, namun
               enggan mendapat jawaban.

                   Tiba pada hari selanjutnya yaitu akhir pekan yang dinanti, ya walau Sabtu biasanya mendapat cuti.
               Pagi ini udara masih mampu menggores kasar permukaan kulit, padahal mentari telah menyapa
               lebih tinggi. Ridwan berlari memasuki area sekolah dengan nafas memburu, mengalahkan arunika
               perlahan membiru.

                   “Wan! Kirain gak masuk!” Rupanya Jonathan menunggu Ridwan di depan ruang TU sedari tadi.

                   “Astaghfirullah...hhh...aku bangun kesiangan. Biasanya kan libur, malah aku kira masuk jam 8.”

                   “Terus kenapa kamu pakai baju olahraga?”
                   “Lah, kan kamu juga...?” Ridwan mengedipkan matanya bingung.

                   “Gak sekalian pakai baju putih-putih aja kamu! Biar lengkap, udah telat terus pakai seragam salah
               pula!”

               Perlu diingat yang pedas di dunia ini adalah kalimat yang dilontarkan Jonathan. Ridwan mengusap
               dadanya karena sesak nafas dan juga karena merasa tertusuk oleh ucapan Jonathan. Lalu Ridwan
               menengok jam tangan yang melingkar sempurna di pergelangan rantingnya, menunjukkan tepat
               pukul tujuh pagi. Jika saja ia tidak memiliki kekuatan berlari cepat, maka habis sudah. Ridwan pun
               tertawa sendiri mengingat aksi hebatnya barusan.

                   “Astaghfirullah, istighfar kamu.” Jonathan merasa merinding karena karibnya tertawa tanpa
               sebab.

                   “Apasih! Udah yuk cari tempat buat nonton pertandingan, bentar lagi mulai nih!” Ridwan pun
               merangkul pundak lebar karibnya.

                   Pertandingan pun dimulai setelah pembukaan yang dibawa oleh Kepala Sekolah dan Ketua OSIS.
               Banyak pohon rindang di pinggiran lapangan sehingga seluruh siswa bisa menyaksikkan dengan
               nyaman. Sorakan seru berbaur dengan iringan lagu kian menambah semangat para pemain. Ranum
               Ridwan sesekali merapalkan lagu tanpa suara, juga bersorak senang kala tim kelasnya berhasil
               mencetak gol sehingga masuk ke babak final.

                   “Wah mantab kalian!”

                   Siang hari, menuju sore lebih tepatnya. Sang mentari semakin terik seakan mencekik, bulir
               keringat juga dirasa mengaliri punggung dan dada. Sorakan sudah tidak semangat seperti pagi hari.
               Banyak tenaga yang terkuras sehingga raga letih dan lemas. Tersisa satu babak lagi yaitu penentuan
               juara, kelas Ridwan telah bekerja keras hinga berada pada babak ini. Pemuda itu berdecak kagum
               dengan kekompakkan tim, kekecewaannya sudah pupus bahkan terlupakan.

               ‘Prit!’

               Babak final dimulai, bola sudah digiring sembari berlari kesana kemari. Suasana kembali riuh dan
               kembali bersemangat, hingga Ridwan pun memilih berdiri dibanding duduk istirahat.
                   “Ayo semangat! Itu bolanya giring aja terus!!” Ridwan berteriak kencang sehingga tenggorokannya
               dirasa kering.
   1   2   3   4   5