Page 5 - Ridwan Sang Pahlawan Cerpen
P. 5

“Wan, ambil!” diangguki oleh Ridwan lalu mengambil alih bola.

                   “Habisin wan!”

                   Dengan kondisi yang sudah dirasa tepat, Ridwan bersiap memasukkan bola pada gawang. Ketika
               kaki kanannya diangkat ke belakang untuk menendang, secara tiba-tiba gelandang tim lawan
               merebut bola dari arah samping kanan pula. Bukan bola yang ditendang namun tulang kering
               Ridwan sehinga keduanya roboh.

               ‘Prit-prit’

                   “Pelanggaran!”

                   “Penalti-penalti!

                   “Kasar mainnya!”
               Sorak panas membuat ricuh antar kedua belah pihak, entah dari supoter ataupun pemain.
               Sedangkan Ridwan dalam posisi duduk tengah meringis kesakitan, tidak mungkin perjuangannya
               harus usai secepat ini. Ranumnya dikulum sendiri, berusaha menahan rasa sakit lalu bangkit.

                   “Wan, masih kuat?” Salah satu teman timnya mengulurkan tangan, Ridwan mendongak lalu
               menerima uluran tangan temannya.

                   “Ngilu sih, tapi mau piala yang paling besar.”
                   “Ahahaha, yaudah ayo tinggal dikit lagi.” Pundak Ridwan ditepuk yakin.

                   Dalam sepak bola hukuman terberat selain kartu merah adalah tendangan penalti. Tendangan
               bebas pada titik penalti, menjadi hadiah dan kesempatan emas bagi tim kelas Ridwan. Dan kini bola
               sudah diam pada posisi penalti, begitu juga tim lawan yang sudah berbaris di depan gawang. Ridwan
               mengambil posisi untuk tendangan bebas, ia mengatur nafas dalam-dalam sembari mengepal erat
               telapak tangannya.

                   “Wawan pasti bisa!” Teriakan Jonathan sedikit menghilangkan ketegangan Ridwan.

               Kaki panjangnya berjalan beberapa langkah ke belakang, bergantian melihat bola dan bagian gawang
               kosong. Ridwan pun berlari kecil ke depan, menendang bola dengan kekuatan penuh dan-
                   “GOL!”

                   Ridwan senang bukan main, dengan sisa tenaga ia meloncat kegirangan. Sorak senang seluruh
               siswa semakin membuat Ridwan terharu, mereka memanggil namanya begitu lantang. Ternyata ia
               berhasil membawa kemenangan setelah jatuh bangun peperangan. Ridwan telah mengamalkan sifat
               kepahlawanan yang patut diteladani. Patriotisme dan tekad kuat. Dan inilah yang juga harus kita
               semua amalkan sebagai generasi bangsa. Sedia berkorban demi kemakmuran bersama dan memiliki
               semangat juang yang tinggi. Tidak perlu mengangkat senjata untuk berperang, cukuplah menjadi
               pemuda cemerlang. Kita merdeka, kita pahlawan.
   1   2   3   4   5