Page 43 - Panduan Mentoring Islam STPN 2021
P. 43

Dengan  uraian  di  atas  jelaslah  bahwa  siapa  saja  yang  ingin  menjadi
                  hamba Allah yang istiqomah, tidak ada jalan lain baginya kecuali mengikuti
                  kehendak  Allah,  Rabbul  ‘Izzati.  Yang  berarti  siap  mengikuti  apa-apa  yang
                  digariskan  Allah  di  dalam  Al  Qur’an  untuk  kemudian  diwujudkan  sebagai
                  satu  bentuk  pengabdian  tunggal  dengan  penuh  keikhlasan  untuk
                  memurnikan  ketaatan  kepada-Nya.  Inilah  yang  dikatakan  pengabdian
                  istiqamah,  pengabdian  yang  tidak  dikotori  oleh  cara-cara  atau  bentuk-
                  bentuk pengabdian yang sifatnya bathil, pengabdian yang melahirkan sikap
                  istiqamah.  Sahabat  Abi  “amrah  Sofyan  bin  ‘Abdillah  ra.  Bertanya  kepada
                  Rasulullah  SAW  :  “Katakanlah  kepadaku  tentang  Islam,  suatu  perkataan
                  yang  aku  tidak  akan  dapat  menanyakannya  kepada  seorangpun  kecuali
                  kepadamu. Jawab Rasulullah SAW  : Berkatalah engkau aku telah beriman
                  kepada Allah, kemudian istiqomalah (dengan penderianmu itu). (HR. Muslim)
                      Seorang  hamba  Allah  yang  istiqamah  hanya  memberikan  pengabdian,

                  dedikasi atau darma baktinya kepada Allah, tidak kepada selain diri-Nya. Ini
                  sesuai  janjinya  kepada  Allah  di  setiap  upacara  pengabdiannya  yang
                  diabadikan Allah di dalam Al Qur’an :
                      “Hanya  kepada-Mu  lah  kami  mengabdi  dan  hanya  kepada-Mu  lah  kami
                  mohon pertolongan” (QS. 1:4)
                      Oleh karena itu, seorang muslim harus benar-benar memahami apa arti
                  pengabdian.  Jangan  sampai  di  dalam  perjalanan  hidupnya  ia  salah
                  menempatkan pengabdiannya yang akan membuatnya rugi di akherat.
                      Pengabdian  itu  bukanlah  untuk  kepentingan  Allah,  tetapi  untuk
                  kepentingan  manusia  itu  sendiri,  karena  manusialah  yang  berkeperluan
                  kepada Allah. Hal ini ddijelaskan Allah dalam firmannya :
                      “Hai  manusia,  kamu  fakir  (berkeperluan)  kepada  Allah.  Dan  Allah  Maha
                  Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. 35 : 15)
                      Karena  persoalan  pengabdian  adalah  persoalan  yang  sangat  penting,
                  maka di surat Al Bayyinah ayat 5 Allah SWT menegaskan kembali persoalan
                  ini.  Pengabdian  itu  memerlukan  dasar  pelaksanaan  yang  jelas,  agar
                  manusia itu tidak tergelincir dalam pengabdian yang salah. Penegasan Allah
                  itu adalah :
                      “Dan  mereka  tidak  diperintahkan  kecuali  hanya  untuk  mengabdi  kepada
                  Allah  dengan  mengikhlaskan  ketaatan  (pengabdian)  kepada-Nya,  sambil
                  bersikap hanif (lurus dalam bertauhid) …”
                      Dari  ayat  di  atas  dapat  dipahami  bahwa  dasar  pengabdian  itu  adalah
                  niat  yang  ikhlash  dan  arah  pengabdian  yang  hanif,  sehingga  pengabdian
                  seorang  muslim  tetap  dalam  kerangka  menegakkan  dienullah  dalam
                  keadaan  bagaimanapun  juga.  Baik  dalam  keadaan  berdiri  (jaya),  duduk
                  ataupun berbaring (jatuh), seperti firman-Nya :
                      “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam
                  dan  siang  terdapat  tanda-tanda  (kebesaran  Allah)  bagi  orang-orang  yang
                  berakal  (ulul  Albab),  (Yaitu)  orang-orang  yang  berdzikir  kepada  Allah  ketika



                                                              Panduan Kerohanian Islam STPN | 42
   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48