Page 12 - Modul 4
P. 12
Modul 4: Mobil Listrik
Jadi, supaya aman, maka harus punya listrik di rumah dengan daya
minimal 4.400 VA. Itu pun untuk pengisian baterai, tidak bisa sebentar.
Butuh 14 jam dari posisi minimal ke penuh.
Kemudian stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) juga
belum banyak tersebar di Indonesia. Dominasinya masih ada di Jakarta
dan jumlahnya terbatas. Padahal jika melakukan pengisian di SPKLU
dengan mode fast charging di SPKLU, baterai mobil listrik bisa terisi
penuh dari kondisi minimal hanya dalam waktu sekitar 1 jam 30 menit.
2. Harga mobil listrik masih mahal
Di Indonesia, harga mobil listrik masih cenderung tinggi. Ambil contoh
BMW i3 yang dijual di atas Rp 1 miliar. Kemudian Tesla model 3,
banderolnya juga tidak beda jauh. Kemudian Hyundai coba menggebrak
pasar otomotif tanah air dengan menghadirkan Ioniq dan Kona Electric.
Banderolnya lebih murah yaitu Rp 600 jutaan. Hanya saja tetap belum
terjangkau buat kebanyakan masyarakat Indonesia.
Terlebih di sisi lain, mobil-mobil dengan mesin konvensional jauh lebih
murah. Banderol low cost green car atau mobil LCGC seperti Daihatsu
Ayla, Toyota Calya, Suzuki Karimun Wagon R, masih ada yang dijual
dengan harga di bawah Rp 200 jutaan.
3. Bila terjadi kerusakan, belum banyak bengkelnya
Masalah selanjutnya adalah soal perbaikan. Jika ada kerusakan, hanya
tersedia bengkel resmi untuk menanganinya, serta belum banyak
mekanik bisa mengatasinya. Beda dengan mobil bakar yang bisa
ditangani oleh bengkel pinggir jalan sekalipun. Lalu suku cadangnya
juga berlimpah, dari versi original sampai kw.
Walau demikian, pihak pabrikan tahu betul untuk membuat konsumen
merasa tidak terlalu bingung dengan persoalan ini. Ada merek tertentu
yang berani memberi garansi baterai selama 8 tahun atau 160.000 Km.
Namun bagaimana dengan perangkat lainnya? Ini yang perlu ditanyakan
saat akan membeli mobil listrik