Page 226 - Anatomi-dan-Fisiologi-Manusia-Komprehensif
P. 226

  Anatomi Fisiologi Manusia  




                     Mukus  yang  berlebihan  terjadi  akibat  perubahan  patologis  (hipertrofi  dan
               hiperplasia)sel-sel  menghasilkan  mukus  di  bronkus.  Selain  itu,  silia  yang  melapisi  bronkus
               mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan pada sel penghasil
               mukus  dan  sel  silia  ini  mengganggu  sistem  eskalator  mukosiliaris  dan  menyebabkan
               akumulasi  mukus  kental  dalam  jumlah  besar  yang  sulit  dikeluarkan  dari  saluran  napas.
               Mukus  berfungsi  sebagai  tempat  perkembangan  mikroorganisme  penyebab  infeksi  dan
               menjadi  sangat  purulent.  Proses  inslamasi  yang  terjadi    menyebabkan  edema  dan
               pembengkakan  jaringan  serta  perubahan  arsitektur  di  paru.  Ventilasi,  terutama
               ekshalasi/ekspirasi,  terhambat.  Hiperkapnia  (peningkatan  karbondioksida)  terjadi,  karena
               ekspirasi  memanjang  dan  sulit  dilakukan  akibat  mukus  yang  kental  dan  adanya  inflamasi
               .penurunan  ventilasi  menyebabkan  rasio  ventilasi:  perfusi,  yang  mengakibatkan
               vasokontriksi  hipoksik  paru  dan  hipertensi  paru.  Walaupun  alveolus  normal,  vasokontriksi
               hipoksis dan buruknya ventilasi menyebabkan penurunan pertukaran oksigen dan hipoksia.
                     Risiko  utama  berkembangnya  bronkitis  kronis  adalah  asap  rokok.  Komponen  asap
               rokok menstimulus perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus dan silia. Komponen-
               komponen tersebut juga menstimulasi inflamasi kronis, yang merupakan ciri khas bronkitis
               kronis.

               b.    Gejala
                          Batuk  yang  sangat  produktif,  purulen,  dan  mudah  memburuk  dengan  inhalasi
                           iritan, udara dingin, atau infeksi.
                          Produksi mukus dalam jumlah sangat banyak.
                          Sesak napas dan dispnea.

               c.    Prinsip terapi
                          Penyuluhan  kesehatan  agar  pasien  menghindari  pajanan  iritan  lebih  lanjut,

                           terutama asap rokok.
                          Terapi  antibiotik  profilaktik,  terutama  pada  musim  dingin,  untuk  mengurangi

                           insiden  infeksi  saluran  napas  bawah,  karena  setiap  infeksi  akan  semakin
                           meningkatkan pembentukan mukus dan pembengkakan.
                          Karena  banyak  pasien  yang  mengalami  spasme  saluran  napas  akibat  bronkitis

                           kronis  yang  mirip  dengan  spasme  pada  asma  kronis,  individu  sering  diberikan
                           bronkodilator.
                          Obat anti-inflamasi menurunkan produksi mukus dan mengurangi sumbatan.
                          Ekspektoran dan peningkatan asupan cairan untuk mengencerkan mukus.
                          Mungkin diperlukan terapi oksigen.
                          Vaksinasi terhadap pneumonia pneumokokus sangat dianjurkan.








                                                           220
   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231