Page 227 - Anatomi-dan-Fisiologi-Manusia-Komprehensif
P. 227

  Anatomi Fisiologi Manusia  




               4.    Penyakit Paru Obstruktif Kronis

               a.    Pengertian penyakit obstruktif kronis
                     Individu yang mengidap emfisema kronis biasanya juga menderita bronkitis kronis dan
               memperlihatkan tanda-tanda kedua penyakit. Keadaan ini disebut penyakit paru obstruktif
               kronis (PPOK, chronic obstructive pulmonary disease). Asma kronis yang berkaitan dengan
               emfisema atau bronkitis keonis juga dapat menyebabkan PPOK.

















               b.    Gejala
                          akan dijumpai gejala-gejala dari kedua penyakit, emfisema dan bronkitis kronis.
                          Dispnea yang konstan.

               c.    Prinsip terapi
                          Long-acting  beta-2  agonist  (LABA)  atau  agonis  beta-2  yang  bekerja  lebih  lama

                           dibandingkan dengan agonis beta-2yang bekerja cepat, memiliki potensi untuk
                           memperbaiki  bersihan  mukosiliaris  dan  bekerja  sebagai  bronkodilator.  Terapi
                           kombinasi terdiri dari  LABA  dan  kortikosteroid inhalasi  memberi  aktivitas  anti-
                           inflamasi dan memperbaiki bersihan mukosiliaris.
                          Penatalaksanaan untuk PPOK pada umumnya sama seperti pada bronkitis kronis

                           dan emfisema, dengan pengecualian bahwa terapi oksigen harus dipantau secara
                           ketat. Individu pengidap PPOK mengalami hiperkapnia kronis yang menyebabkan
                           adaptasi  kemoreseptor-kemoreseptor  sentral,  yang  dalam  keadaan  normal
                           berespon  terhadap  karbon  dioksida.  Faktor  yang  menyebabkan  pasien  terus
                           bernapas adalah rendahnya konsentrasi oksigen di dalam darah arteri yang terus
                           menstimulasi  kemoreseptor-kemareseptor  perifer  yang  relatif  kurang  peka.
                           Kemoreseptor perifer ini hanya aktif melepaskan muatan apabila tekanan persial
                           oksigen arteri menurun kurang dari 50 mmHg. Dengan demikian, apabla terapi
                           oksigen bertujuan untuk membuat tekanan persial oksigen lebih dari 50 mmHg,
                           dorongan untuk bernapas yang tersisa ini akan hilang. Pengidap PPOK biasanya
                           memiliki kadar oksigen yang sangat rendah dan tidak dapat diberi terapi oksigen
                           tinggi. Hal ini sangat memengaruhi kualitas hidup.
                          Penghambat  fosfodiesterase  4  (PDE4)  merupakan  kelas  obat  paten  dan

                           menjanjikan yang mengendalikan proses inflamasi pada pasien pengidap PPOK


                                                           221
   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231   232