Page 24 - IST Baru
P. 24

Kutai dengan pengusaha Belanda bernama J.H. Menten di daerah Sanga-Sanga pada
                tahun 1888. Pada tahun 1894 dibangunlah kilang minyak di Balikpapan oleh perusa-
                haan minyak Belanda bernama Royal Dutch Shell dan mulai beroperasi pada tahun
                tersebut dan selanjutnya beberapa instalasi ditambahkan untuk melengkapi kilang
                minyak di Balikpapan sejak tahun 1900, termasuk lahan untuk pengolahan parafin,
                minyak pelumas, sulfur dioksida, asam sulfur dan bahkan drum dan lilin. Pada tahun
                1914, kerosin, bensin dan residu dihasilkan secara signifikan untuk keperluan ekspor.

                        Berkat  minyaknya, Balikpapan mempunyai daya tarik yang kuat bagi para pen-
                datang. Sejak tahun 1898, tempat ini telah dihuni oleh lebih dari 1.000 pekerja kon-

                struksi dari Cina dan supervisornya berasal dari Inggris. Mereka tiba di sana sekaligus
                membuktikan apa yang telah diungkapkan oleh Marcus Samuel tentang kilang min-
                yak terbesar di dunia. Residen Kalimantan Selatan dan Timur, C.A. Kroesen, melakukan
                kunjungan di daerah tersebut pada bulan Juli 1899, dan terkesan dengan kecepatan
                di mana sebuah ketenangan membentang di sepanjang teluk dan kemudian berubah
                menjadi sebuah kota yang sibuk. Pada tahun 1907 sekitar 1.500 kapal uap di tem-
                patkan di Balikpapan guna menunjang berbagai aktivitas terutama terkait dengan
                perminyakan. Pada tahun 1923 diperkirakan telah ada sekitar 9.000 pekerja berasal
                dari Asia, kurang lebih 8.000 orang diantaranya bekerja di ladang minyak. Sungguh

                merupakan sebuah realitas yang menakjubkan.
                        Aktivitas  perminyakan jelas telah membantu perpindahan penduduk teruta-

                ma para pekerja dari Jawa, serta dari berbagai daerah lainnya. Total tenaga kerja kuli
                meningkat dengan cepat di tahun 1920-an dan mencapai puncaknya dalam jumlah
                lebih dari 36.000 orang di tahun 1929. Komposisi penduduk Balikpapan sebagai pen-
                datang pada saat itu adalah Eropa, Cina, Jepang, Jawa, Banjar, Makassar dan Mena-
                do. Balikpapan cepat menjelma sebagai kota modern dengan berbagai fasilitasnya
                berikut kompleksitas persoalannya. Disamping pelabuhan lautnya yang berperan
                penting, pelabuhan udara pun kemudian menjadi bagian yang tak bisa diabaikan.
                Seiring dengan perkembangannya maka sejak 1936 pelabuhan udara Sepinggan di-
                operasikan menggantikan pelabuhan udara yang lama, Manggar. Di kota ini juga se-

                jak tahun 1914 mempunyai sekolah-sekolah dasar Eropa dan juga kemudian sekolah
                Belanda-pribumi, jenis sekolah tertinggi yang dapat diakses oleh orang non-Eropa.

                        Dinamika  dan Perjuangan Rakyat Balikpapan. Pada bulan Februari 1940, Duta








           24
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29