Page 447 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 447
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Dayak mendukung perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang
Kalimantan Barat. Selain secara diplomasi (Mosi), Para pemuda Dayak
juga melakukan aksi penolakan dengan cara fisik. Mereka tergabung
dalam berbagai organisasi pemberotakan yang banyak bermunculan di
daerah. Di samping itu masyarakat Dayak juga membantu perjuangan di
daerah dengan menyediakan logistik, dapur umum dan juga penunjuk
jalan terutama di hutan–hutan tempat mereka tinggal.
Berikutnya adalah pengalaman kota Sintang dan Nanga Pinoh.
Kedatangan Belanda di Sintang berlangsung pada akhir Desember
1945. Dan Belanda langsung membentuk pemerintahan di mana
Sintang dipimpin oleh seorang Asisten Residen Noukers dan untuk
Nanga Pinoh dipimpin seorang Countroleur. Setelah beberapa saat di
Nanga Pinoh, Belanda mengetahui keberadaan organisasi BOPMP yang
dipimpin Ade Johan. Dengan segala cara, Belanda berusaha untuk
berlaku kompromis dengan mendekati Ade Johan sebagai ketua
BOPMP. Dan untuk menjauhkan Ade Johan dari kawan-kawannya yang
tergabung dalam OPDM, maka Belanda mengangkat Ade Johan sebagai
pimpinan NIGIO (Nederland Indische Gurnerven Import Eksport
68
Organisation ) yang berkedudukan di Sintang.
Kepergian Ade Johan memang telah membuat kecewa para
pejuang Nanga Pinoh. Akan tetapi, hal ini tidak membuat para pejuang
putus asa dan segera menggantikan kedudukan Ade Johan dengan
Sultan Jamaluddin sebagai pimpinan. Walaupun berada di Sintang, Ade
Johan berusaha tetap berkomunikasi dengan kawan -kawannya di
Nanga Pinoh. Bahkan, Ade Johan di Sintang mendirikan lagi organisasi
partai rakyat bersama dengan M. Bakrie yang mempunyai tujuan
memperjuangkan kedaulatan Republik Indonesia.
Pimpinan Laskar MN 001 Tjilik Riwut mengutus Kapten Markasan,
bersama dengan lima orang kawannya, datang ke Nanga Pinoh untuk
bekerjasama dengan para pejuang Nanga Pinoh guna melakukan
perlawanan dengan Belanda atau NICA. Satu peristiwa penting yang
terjadi ialah pada saat penyerbuan tangsi militer Belanda di Nanga
Pinoh, di mana penyerbuan tidak mendapat perlawanan oleh Kmd Polisi
dan wakil Controleur. Polisi menyerahkan senjata berupa 12 putjuk
karabin, beberpa granat dan peluru, juga bahan makanan. Kapten
Markasan dan para pejuang dapat menguasai Nanga Pinoh setelah
berhasil menangkap Controleur I.J. Herman yang sedang melakukan
435