Page 22 - E-Modul Interkatif Sejarah Agresi Militer Belanda di Lampung_Neat
P. 22
B.Menyusun Strategi Menahan Agresi Militer Belanda II di Lampung
Pada tanggal 10 November 1947 Kota Martapura diserang dari darat dan udara. Pasukan TNI
yang mempertahankan Kota Martapura tak mampu menghadapi serangan pasukan Belanda
secara frontal, karena persenjataannya sangat minim. Perlawanan hampir tak berarti.
Pasukan M. Sai Sohar mengundrukan diri, mula-mula ke Simpang Martapura,kemudian ke
Lampung untuk bergabung dengan komandannya yang lama, Mayor M.Sukardi Hamdani,
Komandan Batalyon 24 Lampung Selatan. Pada hari itu juga Belanda menyerbu Banten
tempat kedudukan pasukan Wahab Uzir. Pasukan saat itu yang semakin sedikitdan hanya ada
satu senapan mesin yang tersisa. Senapan mesin tersebut ditembakkan secara gencar oleh
Sersan M. Kosim, Danzik Muin, Bakarono, Mukhtar dan istri Kopral Romli. Mereka berlima
dihujani peluru oleh pesawat terbang musuh. Senapan mesin yang digunakan sempat
mengalami kendalan saat digunakan, sedangkan musuh berada di seberang jembatan sungai
Komering dan mulai menembakkan senjatanya kepada pasukan Sersan M. Kosim (45,
Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Di Lampung Buku I).
Kelima pejuang tersebut lalu membuang senjatanya dan melarikan diri dengan jalan kaki
menyusul komandannya Wahab Uzir ke Lampung. Setelah Martapura jatuh ke tangan
Belanda, maka sebagian besar TNI yang selama ini beroperasi di Martapura dan sekitarnya
beserta komandan Palembang Selatan Kembali ke Lampung, tetapi ada pula yang kemudian
kembali ke Palembang Selatan. Mereka berasal dari Komering Ulu kebanyakan hijrah ke
Lampung, sedangkan yang berasal dari Ogan Ulu hijrah ke Muara Dua. Setelah jatuhnya
Martapura ke tangan pasukan Belanda tanggal 10 November 1947, maka untuk B. Menyusun
Strategi Menahan Agresi Militer Belanda II di Lampung 16 membendung lajunya tentara
Belanda yang ingin menduduki Lampung, oleh Komandan Brigade Garuda Hitam diadakan
konsolidasi pertahanan dan siasat (45, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Di Lampung Buku
I).
Dibentuklah tiga batalyon pertempuran dan tiga wilayah pertahanannya yaitu sebagai
berikut:
1. Batalyon Pertempuran 21, di bawah pimpinan Mayor Ismail Husin dengan daerah
pertahanannya Front Barat (Lampung Barat).
2. Batalyon Pertempuran 22, di bawah pimpinan Mayor Harun Hadimarto dengan daerah
pertahanannya Front Utara dan Tengah (Lampung Utara dan Tengah).
3. Batalyon Pertempuran 23 dengan pimpinan Kapten Laut C. Souhoka.
4. Batalyon Pertempuran 24, dibawah pimpinan Mayor M. Sukardi Hamdani Dengan
daerah pertahanannya Front Selatan (45, Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Di
Lampung Buku I).
13