Page 26 - E-Modul Interkatif Sejarah Agresi Militer Belanda di Lampung_Neat
P. 26
STL Letkol Syamaun Gaharu, Mayor N. S. Effendy, M. Yasin dari Masyumi, H. Abdul
Halim dari PSII dan K.H Gholib dari Pringsewu. Hasil keputusan rapat ialah mengangkat
Mr. Gele Harun selaku Residen Lampung untuk menggantikan Residen Rukadi yang tetap
berada di daerah pendudukan Belanda di Tanjungkarang dan R.A. Basyid tetap sebagai
Wakil Residen Pemerintah Darurat Lampung (Dewan Harian Daerah).
Tanggal 18 Januari 1949 Mr. Gele Harun beserta staf dan Komisaris Polisi Cik Agus
berpindah kedudukan ke Talangpadang, karena situasi pertempuran di Gedongtataan dan
Gadingrejo semakin genting dan Belanda ingin merebut Pringsewu. Sehingga 1 Maret
1949 Belanda berhasil merebut Pringsewu dan mendaratkan pasukannya di Kota Agung
dan menyerbu Talangpadang. Pemerintah darurat di Talang padang sudah menduga akan
pergerakan Belanda dan memutuskan mengungsi di Pegunungan Bukit Barisan di Desa
Pulau Panggung, Gunung Meraksa, Ulu Belu, Sumber Jaya, Way Tenung pindah ke Bukit
Kemuning (Dewan Harian Daerah).
Berita mengenai gencatan senjata antara Indonesia dan Belanda untuk Sumatera pada
tanggal 15 Agustus 1949 tersiar di radio All India Radio yang dimonitor oleh pejuang
pelajar dalam Staf Pemerintah Darurat Keresidenan Lampung. Berita tersebut berisikan
pemerintah Belanda mengembalikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia pada tanggal
27 Desember 1949. Mr. Gele Harun Kembali ke Tanjungkarang dan diangkat sebagai
Ketua Pengadilan Negeri Provinsi Lampung pada tanggal 1 Januari 1950 – 29 Desember
1950. Gele Harun meninggal dunia pada 14 Oktober 1980 di Tanjungkarang (Dewan
Harian Daerah).
17