Page 3 - kerajaan mataram
P. 3
Ki Kerti : “Hei kangmas”
Ki Sapa : “Cepat kesini”
Ki Kerti : “Ada apa kangmas?”
Ki Sapa : “Tanganku ini terkilir ketika aku sedang memandikan gajah milik Sultan,
adikku. Namanya adalah Kyai Dwipangga, saat ini aku sedang mengemban amanat dari Sultan
untuk merawat gajah ini”
Ki Kerti : “Jadi gajah itu bernama Kyai Dwipangga milik Sultan Agung?”
Ki Sapa : “Betul adikku”
Ki Kerti : “Lantas sekarang kangmas mau kemana? Mau kekerajaan? Kan, tugas dari
Sultan belum selesai”
Ki Sapa : “Iya, aku akan kekerajaan melaporkan kejadian ini. Tapi, perkataanmu benar,
aku belum bisa mengemban amanah dari Sultan dengan baik. Apakah kamu mau membantuku
adikku?”
Ki Kerti : “Bagaimana caranya kangmas?”
Ki Sapa : “Kamu tinggal merawat gajah ini dan memandikannya disungai, datang lah ke
kekerajaan untuk membawa gajah ini ke sungai setiap hari”
Ki Kerti : “Tapi bukannya aku adalah orang biasa? Aku tidak pantas untuk mendapatkan
amanah ini. Lagi pula gajah ini dari kerajaan, harus benar – benar dijaga”
Ki Sapa : “Iya, aku mengerti, tapi aku percaya kamu bisa. Tolong mandikan Kyai
Dwipangga di hilir sungai, jika memang Kyai Dwipangga sulit masuk ke dalam sungai, tarik saja
Kyai Dwipangga sambil mengelus tubuhnya dan paling penting adalah janganlah kamu
mandikan Kyai Dwipangga di hulu sungai wahai adikku, itu adalah amanah dari sang Sultan”
Ki Keri : “Shap kangmas!”
Keesokan harinya, Ki Kerti merawat serta memandikan Kyai Dwipangga. Ia sangat
gembira karena dapat menjalankan tugas dari kerajaan walaupun ia hanyalah masyarakat biasa.
Namun, kegembiraan itu berubah menjadi luapan emosi ketika air sungai berkurang dari hari
biasanya.
Ki kerti : “Ayo dwipangga, jebur – jebur disana yuk!”
Gajah : “Ngook”
Ki kerti : “Mari sini, airnya seger lho! Jangan rewel dong!”
Gajah : “Ngook”